Bisnis.com,JAKARTA – PT Bara Jaya Internasional Tbk. (ATPK) mengincar pasar India untuk bisa menyerap batu bara yang saat ini ada di persediaan sebesar 45.000 ton. Kontrak diharapkan tercapai pada bulan ini.
Corporate Secretary PT Bara Jaya Internasional Tbk. Andreas Andy S. mengungkapkan realisasi produksi batu bara hingga Juni 2017 sebanyak 45.000 metrik ton (MT). Jumlah tersebut terdiri atas 15.000 MT yang diproduksi sepanjang Januari hingga Maret 2017 dan 30.000 MT yang diproduksi dari April hingga Juni 2017.
Sementara itu, lanjutnya, dari sisi pemasaran batu bara yang dilakukan perseroan baik melalui para trader maupun kepada user, hingga akhir Juni 2017 dan Agustus 2017 belum berhasil mencatatkan penjualan atau pendapatan bagi perseroan.
Dia menjelaskan kualitas batu bara perseroan berkalori rendah dengan nilai kalori 3.500 kilokalori per kilogram (kkal/kg) sejauh ini cocok untuk memenuhi kebutuhan user dari India sehingga mengakibatkan posisi bargaining pembeli yang kuat.
“Dengan volume batu bara sejumlah 45.000 MT per Agustus 2017 yang masih ada di stockpile, perseroan akan terus mengusahakan mendapatkan pihak pembeli dengan harga yang sesuai,” katanya dalam keterbukaan informasi, Jumat (15/9/2017).
Andreas menambahkan penjualan batu bara perseroan dilaksanakan secara spot basis dan belum adanya pembeli baru dengan harga yang sesuai sehingga aktivitas penambangan perseroan dapat mengalami perlambatan. Meskipun demkian, pemasaran terus dilakukan hingga mendapatkan pembeli batu bara dengan harga jual yang sesuai sehingga aktivitas penambangan dapat meningkat kembali.
“Rencana penandatanganan kontrak penjualan 45.000 MT dengan pihak dari India. Rencana kontrak akan ditandatangani di September 2017 untuk pengapalan di bulan Oktober,” ujarnya.
Menurutnya, sebanyak 45.000 MT telah tersedia di stockpile. Adapun, besaran nilai penjualan batu bara dengan pihak India tersebut adalah sebesar US$26,25 per MT.
Selain itu, anak usaha perseroan yakni PT Mega Alam Sejahtera juga akan menyewakan unit peralatan tambang berupa alat berat yang tidak dipakai (idle) ke perusahaan di dalam kelompok usaha pemegang saham pengendali.
Dari kegiatan sewa ini, Mega Alam Sejahtera diperkirakan akan mengantongi pendapatan sebanyak Rp19,3 miliar hingga akhir tahun. Rinciannya, Oktober sebanyak Rp3,2 miliar, November Rp6,4 miliar dan Desember sebanyak Rp9,7 miliar.