Bisnis.com, JAKARTA--Maskapai penerbangan milik negara, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., menargetkan penghematan atau efisiensi sebesar US$100 juta sampai akhir 2017.
Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala Mansury mengatakan efisiensi itu merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki kinerja keuangan perseroan. "Efisiensi hampir di semua bidang. Leasing (penyewaam pesawat), financing (pendanaan) dan fuel (bahan bakar) juga kita bicarakan," kata Pahala dalam paparan kinerja, Kamis (27/7).
Pahala mengatakan Garuda Indonesia juga melakukan renegoisasi dengan sejumlah supplier dalam sejumlah hal untuk menekan biaya.
Seperti diketahui, emiten berkode saham GIAA itu membukukan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$281,92 juta pada semester I/2017 atau meningkat 343,33% dibandingkan dengan US$63,59 juta pada semester I/2016.
Dalam periode Januari-Juni 2017, Garuda Indonesia membukukan pendapatan sebesar US$1,88 miliar atau naik 7% dibandingkan dengan US$1,76 miliar pada semester I/2016.
Pahala mengatakan kerugian yang dialami oleh Garuda Indonesia antara lain karena perseroan melakukan transaksi terkait kebijakan pengampunan pajak sebesar US$137 juta dan pembayaran denda terkait kasus persaingan usaha kepada pengadilan Australia sebesar US$8 juta pada kuartal II/2017. Apabila tidak melakukan transaksi tersebut, kerugian Garuda Indonesia dianggap hanya sekitar US$38 juta.
Salah satu beban keuangan yang membebani Garuda Indonesia pada semester I/2017 adalah beban bahan bakar yang meningkat 36,5% menjadi US$571 juta dibandingkan dengan US$418 juta pada semester I/2016.