Bisnis.com, JAKARTA--Maskapai penerbangan milik negara, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., memproyeksikan akan membukukan kinerja keuangan positif pada kuartal III dan kuartal IV tahun 2017 setelah perusahaan membukukan kerugian pada semester I.
Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala Mansury mengatakan perusahaan memperkirakan dapat membukukan keuntungan sebesar US$12 juta per bulan pada semester II/2017. "Insya Allah kinerja 6 bulan ke depan akan positif," katanya dalam paparan kinerja, Kamis (27/7).
Menurutnya, salah satu pendapatan besar yang akan diterima oleh perusahaan pada paruh kedua 2017 adalah penerbangan haji dan pendapatan operasional lainnya. Penerbangan haji tersebut akan dilakukan pada Juli-Oktober.
Sampai akhir 2017, ujar Pahala, Garuda Indonesia memperkirakan pendapatan operasional dapat mencapai US$3,23 miliar. Ditambah dengan kinerja anak usahanya, PT Citilink Indonesia, pendapatan Garuda Indonesia secara konsolidasi diperkirakan mencapai US$3,5 miliar pada akhir 2017.
Menurutnya, Garuda Indonesia sekarang menguasai 51% penerbangan haji di Indonesia. Dari sekitar 205.000 jamaah haji, 107.000 penumpang di antaranya diangkut oleh Garuda Indonesia.
Seperti diketahui, emiten berkode saham GIAA itu membukukan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$281,92 juta pada semester I/2017 atau meningkat 343,33% dibandingkan dengan US$63,59 juta pada semester I/2016.
Dalam periode Januari-Juni 2017, Garuda Indonesia membukukan pendapatan sebesar US$1,88 miliar atau naik 7% dibandingkan dengan US$1,76 miliar pada semester I/2016.
Pahala mengatakan kerugian yang dialami oleh Garuda Indonesia antara lain karena perseroan melakukan transaksi terkait kebijakan pengampunan pajak sebesar US$137 juta dan pembayaran denda terkait kasus persaingan usaha kepada pengadilan Australia sebesar US$8 juta pada kuartal II/2017. Apabila tidak melakukan transaksi tersebut, kerugian Garuda Indonesia dianggap hanya sekitar US$38 juta.
Salah satu beban keuangan yang membebani Garuda Indonesia pada semester I/2017 adalah beban bahan bakar yang meningkat 36,5% menjadi US$571 juta dibandingkan dengan US$418 juta pada semester I/2016.
Pada semester I/2017, grup Garuda Indonesia mencatatkan jumlah penumpang 17,2 juta atau meningkat 3,9% sedangkan jumlah penumpang rute international meningkat 15%. Pengangkutan kargo juga meningkat 10,6% menjadi 219.400 ton.