Bisnis.com, JAKARTA--Proyek kereta ringan (light rail transit/LRT) Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi mengerek kinerja keuangam kontraktor milik negara, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. pada semester I/2017.
Seperti diketahui, emiten berkode saham ADHI itu membukukan pendapatan usaha Rp5,2 triliun pada semester I/2017 atau meningkat 65,6% dibandingkan dengan Rp3,1 triliun pada semester I/2016. Dari pendapatan itu, perusahaan mengantongi laba bersih sebesar Rp131,3 miliar pada semester I/2017 atau meningkat 136,4% dibandingkan dengan Rp55,5 miliar pada semester I/2016.
Sekretaris Perusahaan Adhi Karya Ki Syahgolang Permata memaparkan pendapatan usaha Adhi Karya itu juga disumbang oleh proyek LRT 27,9% atau kedua terbesar setelah lini bisnis konstruksi. Selain itu, lini bisnis lain yang berkotribusi terhadap pendapatan usaha perseroan antara lain energi (EPC) sebesar 4,7%, properti 4,2%, dan industri 1,8%.
Seperti diketahui, emiten berkode saham ADHI tersebut merupakan kontraktor proyek LRT. BUMN lainnya, PT Kereta Api Indonesia (Persero) direncanakan menjadi investor di proyek LRT pertama di pulau Jawa tersebut.
"Seiring dengan rencana peningkatan anggaran infrastruktur pemerintah di tahun 2017, ADHI menyambut peluang tersebut dengan mencanangkan target perolehan kontrak baru di tahun 2017 sebesar Rp21,4 triliun, dimana lini bisnis konstruksi ditargetkan memberikan kontribusi sebesar 75,1%, energi (EPC) 11,3%, properti 11,5% dan industri sebesar 2,1%," paparnya dalam keterangan tertulis, Kamis (27/7).
Perusahaan juga telah membukukan kontrak baru sebesar Rp25,4 triliun dalam periode Januari-Juni 2017. Kontrak baru tersebut termasuk perolehan kontrak baru dari LRT Jabodebek Fase I di luar PPN sebesar Rp19,7 triliun. Realisasi perolehan kontrak baru pada Juni 2017 berasal dari proyek Green Park Cilegon Rp185,0 miliar dan Apartement Loftvilles City 2 Rp118,0 miliar