Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

LELANG SUKUK: Penawaran Diprediksi Ramai Kembali

Tren penawaran dan penyerapan sukuk negara diperkirakan meningkat pada lelang berikutnya setelah terus melemah sejak Maret lalu dan mencapai puncaknya pada lelang sukuk terakhi di awal pekan ini.

Bisnis.com, JAKARTA —Tren penawaran dan penyerapan sukuk negara diperkirakan meningkat pada lelang berikutnya setelah terus melemah sejak Maret lalu dan mencapai puncaknya pada lelang sukuk terakhi di awal pekan ini.

Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk pada Selasa, 4 Juli 2017 lalu menghasilkan total penawaran Rp7,82 triliun. Dari total penawaran tersebut, pemerintah hanya menyerap Rp1,66 triliun. Nilai penawaran dan penyerapan ini merupakan yang terendah sepanjang tahun ini.

Adapun, sejak lelang pada 13 Juni 2017 total penawaran yang masuk dalam lelang SBSN sudah kurang dari Rp10 triliun, yakni Rp8,65 triliun. Padahal, pada lelang-lelang sebelumnya sepanjang tahun ini penawaran yang masuk selalu berada di atas Rp10 triliun, bahkan di atas Rp20 triliun pada Januari.

Handy Yunianto, Head of Fixed Income Mandiri Sekuritas, mengatakan gejala tersebut tidak terlepas dari momen Lebaran pada Juni lalu sehingga likuiditas dana investor agak terbatas. Selain itu, faktor global bond sell off beberapa minggu terakhir juga menjadi sentimen yang mungkin berpengaruh terhadap realisasi lelang sukuk.

Handy semula memperkirakan likuiditas investor sudah kembali membaik selepas lebaran sehingga Mandiri Sekuritas mengestimasikan penawaran yang masuk dalam lelang sukuk terakhir akan mencapai antara Rp9 triliun hingga Rp14 triliun. Namun, tampaknya efek Lebaran masih berlanjut hingga awal semester kedua ini sehingga realisasi penawaran hanya Rp7,82 triliun.

Handy menilai investor saat ini masih menunggu momentum yang lebih tepat untuk berinvestasi atau menunggu adanya sentimen positif berikutnya yang dilaporkan pemerintah. Bila likuiditas rupiah kembali normal dan yield dalam negeri lebih menarik, dirinya yakin permintaan obligasi pemerintah akan kembali meningkat di sisa tahun ini.

Selain itu, pemerintah pun terbukti berhasil menjaga tingkat inflasi Lebaran lalu pada tingkat yang relatif rendah dibandingkan biasanya, yakni 0,69%. Asalkan tidak terjadi peningkatan BI rate dan volatilitas rupiah tetap rendah, menurutnya penerbitan obligasi  pemerintah akan diminati.

“Dengan catatan likuiditas kembali normal dan global juga tidak ada gonjang-ganjing yang signifikan, saya pikir pelemahan permintaan ini hanya temporer,” katanya, Kamis (6/7/2017).

Suminto, Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko Kementerian Keuangan, mengatakan rendahnya penyerapan dana investor oleh pemerintah dalam lelang sukuk terakhir tidak terlepas dari rendahnya penawaran yang masuk.

Di sisi lain, yield yang diminta oleh investor peserta lelang dalam lelang kali ini relatif tinggi dan meningkat dibandingkan permintaan yield pada lelang sebelumnya. Alhasil, pemerintah tidak memenangkan penawaran pada dua seri dari lima seri yang dilelang, yakni untuk seri PBS011 dan PBS012.

Suminto mengatakan, penyerapan yang minim dalam lelang kali ini tidak terlalu menjadi persoalan bagi pemerintah sebab pemerintah masih memiliki kecukupan kas yang memadai untuk mendanai kebutuhan-kebutuhan nasional.

“Kas negara tidak ada masalah sehingga kita juga tidak perlu memaksakan diri mengambil banyak dengan yield yang tinggi karena tidak lagi butuh-butuh amat. Kita masih punya duit cukup lah,” katanya.

Menurutnya, tren pelemahan ini pun hanya sementara karena efek musiman lebaran dan akan kembali meningkat dalam lelang berikutnya. Pemerintah pun masih punya banyak pilihan untuk mengkompensasi pemenuhan kebutuhan dana di masa mendatang.

“Mudah-mudahan ini hanya fenomena temporer habis liburan panjang saja. Most probably lelang berikutnya sudah akan balik [meningkat lagi],” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper