Bisnis.com, JAKARTA—Mata uang euro masih melanjutkan kenaikan seiring dengan rencana European Central Bank (ECB) mengurangi stimulus. Kini, pasar menantikan rilis data inflasi zona Benua Biru pada pukul 16.00 WIB.
Pada perdagangan Jumat (30/6/2017) pukul 10.05 WIB, mata uang EUR menghijau 0,0001 poin atau 0,01% menuju 1,1442 per dolar AS. Ini merupakan peningkatan dalam 4 sesi berturut-turut. Angka tersebut merupakan level tertinggi sejak 4 Mei 2016 di posisi 1,1487 per dolar AS.
Research and analyst PT Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra menuturkan mata uang EUR menguat setelah adanya pidato Presiden ECB Mario Draghi soal faktor-faktor yang membebani inflasi mulai berkurang. ECB juga mulai dapat melihat adanya perbaikan ekonomi di kawasan Eropa.
“Pasar menganggap pernyataan Draghi sebagai peluang adanya penghapusan stimulus lanjutan dari ECB. Euro berpeluang menguat ke 1,430 per dolar AS sampai akhir pekan ini,” papar Putu kepada Bisnis.com.
ECB sebelumnya memberikan stimulus sebesar 80 juta euro per bulan untuk memacu perekonomian. Namun, langkah ini justru menekan EUR. Ada kekhawatiran semakin banyak mata uang euro yang beredar akan semakin melemahkan nilainya.
Penguatan EUR juga tak lepas dari pelemahan dolar AS ke level terendah sejak Oktober 2016. Menurutnya, hal ini terjadi akibat berkruangnya keyakinan pasar terhadap kemampuan Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga lanjutan.
Namun demikian, dalam risetnya Monex menuliskan EUR-USD kemungkinan bisa terkoreksi turun jika data inflasi zona euro pukul 16:00 WIB dirilis lebih rendah dari perkiraan.Sebaliknya, jika dirilis lebih tinggi, EUR-USD berpotensi melanjutkan penguatan.