Bisnis.com, JAKARTA--- Korporasi konstruksi swasta, PT Totalindo Eka Persada Tbk., berencana menggunakan 60%-70% dana dari hasil penawaran umum perdana saham (IPO) senilai total Rp516,4 miliar pada 2017.
Direktur Totalindo Eka Persada Eko Wardoyo mengatakan perusahaan membutuhkan modal kerja yang cukup besar untuk menggarap proyek baru yang telah diperoleh. "Dana IPO itu untuk proyek-proyek baru kita," katanya seusai acara pencatatan perdana saham perseroan di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jumat (15/6).
Seperti diketahui, Totalindo baru saja menggelar IPO dengan perolehan dana sebesar Rp516,46 miliar setelah melepas 1,66 miliar lembar saham atau 24,99% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Masa penawaran umum dari aksi korporasi itu berlangsung pada Selasa dan Rabu (12-13/6).
Sebagian besar dana hasil IPO dengan porsi 60% akan digunakan untuk kebutuhan modal kerja, sisanya sebesar 35% untuk pembayaran sebagian utang dan 5% sebagai belanja modal untuk pengembangan di bidang konstruksi melalui pembelian mesin, alat berat dan peralatan konstruksi.
Sampai saat ini, perusahaan telah mengantongi kontrak baru Rp1,5 triliun sampai pertengahan Juni 2017 atau sekitar 50% dari target kontrak baru Rp3 triliun sepanjang tahun. Sampai saat ini, kontrak tersebut 52,4% di antaranya berasal dari proyek pemerintah dan 47,6% dari proyek swasta.
Perolehan kontrak baru sampai pertengahan Juni itu di luar kontrak baru senilai Rp500 miliar dari proyek properti Sedayu City yang akan segera diperoleh perusahaan tersebut.
Baca Juga
Dengan target kontrak baru tersebut, perusahaan mengincar pendapatan Rp3,4 triliun pada 2017 atau meningkat sekitar 4% dibandingkan dengan Rp3,1 triliun pada 2016. Dari pendapatan itu, Totalindo mengincar laba bersih Rp270 miliar pada 2017 atau meningkat dibandingkan dengan Rp201 miliar pada 2016.
Di tempat yang sama, Direktur Utama Totalindo Eka Persada Donald Sihombing mengatakan kontrak perusahaan itu akan berasal dari proyek swasta dan pemerintah. "Nantinya kita juga akan fokus di proyek-proyek pemerintah," katanya.
Pada Agustus dan Oktober 2017, ujar Donald, perusahaan berencana mengikuti lelang proyek-proyek pemerintah. Jenis proyek yang dilirik oleh perusahaan antara lain rumah susun. Menurutnya, perusahaan menggarap pekerjaan konstruksi untuk hunian kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah.
Sebagai gambaran, lima pelanggan utama perseroan dengan nilai kontrak tertinggi sepanjang 2012-2016 antara lain Agung Podomoro Group 43%, Agung Sedayu Group 17%, Synthesis Group 14%, Maxima Realty 13%, dan Nusa Kirana Group 13%. Total nilai kontrak kelimanya mencapai Rp5,6 triliun.
Sementara itu, dari sisi jumlah proyek terbanyak, pelanggan terbesar Totalindo adalah pemerintah yakni 33% dari seluruh kontrak perseroan untuk 2012-2016.
Totalindo adalah perusahaan kesebelas yang melepas sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada 2017 atau perusahaan ke 546 yang tercacat sebagai emiten.