Bisnis.com, JAKARTA— Sejumlah kerugian melanda para investor domestik maupun asing di Qatar sepanjang pekan lalu, akibat kebijakan pemutusan hubungan diplomatik ke negara tersebut oleh 9 negara lain yang dipimpin oleh Arab Saudi.
Nilai saham gabungan Qatar tercatat anjlok hingga US$11 miliar sepanjang pekan lalu dan menjadi yang terbesar sejak 2010. Adapun, kontrak untuk melindungi potensi default berada pada tingkat tertingginya sepanjang sejarah dan lebih tinggi dari Peru dan Slovenia.
“Hal itu terjadi setelah selama sepekan lalu, baik Qatar maupun negara lain yang memutus hubungan diplomatik, tidak ada yang mampu menentukan bagaimana langkah ke depannya. Tidak ada yang baru dari konflik mereka,” kata Nabil Al Rantisi, Direktur Pengelola Abu Dhabi Mena Corp Financial Services, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (11/6/2017).
Seperti diketahui, indeks saham acuan Qatar pekan lalu merosot 7,1% dan menjadi kinerja mingguan terburuk sejak Desember 2014. Seiring ketegangan yang meningkat selama sepekan lalu, indeks saham Qatar juga menjadi yang terburuk di Timur Tengah.
Sementara itu, imbal hasil pada US$3,5 miliar surat utang negara yang jatuh tempo pada 2026 tercatat naik lebih dari 40 basis poin dalam lima hari sampai Jumat (9/6/2017). Fenomena itu terjadi setelah S&P Global Ratings menurunkan rating kredit jangka panjang Qatar satu tingkat ke level AA-. Perusahaan pemeringkat itu khawatir keuangan negara akan terkena dampak dari konflik diplomatik tersebut.
Kebijakan penurunan peringkat kredit juga dilakukan oleh Moody's Investors Service pekan lalu. Mereka memprediksi, kasus pengucilan Qatar itu akan memacu peningkatan arus keluar investasi asing. Alhasil cadangan devisa akan terus tergerus dan melemahkan posisi likuiditas Qatar.
Selain itu suku bunga utama di Qatar tercatat telag melonjak ke level tertinggi selama hampir tujuh tahun setelah naik 19 basis poin menjadi 2,164% pada Kamis (8/6). Level tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan Arab Saudi yang hanya mencapaio1,734% dan 1,489 %di Uni Emirat Arab.
“Ini adalah reaksi alami yang mencerminkan kekhawatiran bahwa bank-bank di Arab Saudi dan UEA akan mulai memperketat aliran likuiditas dan menutup segala bentuk akses perbankan ke Qatar, " kata Apostolos Bantis, analis kredit Commerzbank AG di Dubai, melalui telepon.
Seperti diketahui, Arab Saudi bersama enam negara Timur Tengah lainnya seperti Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Yaman, Mesir, Maladewa dan Libya mengambil kebijakan untuk memutus hubungan diplomatik dengan Qatar pada Senin (5/6) lalu.
Kebijakan serupa juga diikuti oleh Mauritius pada Rabu (7/6) serta Yordania yang memilih mengurangi jumlah diplomatnya di Qatar.
Kesembilan negara itu beralasan, ‘hukuman’ itu diberikans etelah Qatar telah terbukti memberikan dukungan terhadap kelompok-kelompok teroris yang bertujuan mengacaukan kawasan tersebut. Dalma hal ini Doha diduga memberikan dukungan kepada Ikhwanul Muslimin, ISIS dan Al-Qaeda. Qatar juga dituding cenderung berkiblat kepada Iran yang dikuasai oleh kelompok Syiah.