Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Kenaikan Timah Hanya Sampai Juni

Tren peningkatan harga timah diprediksi hanya berlanjut sampai Juni 2017. Akhir tahun, harga berpeluang jatuh.nn
Ilustrasi: aktivitas di PT Timah/Antara-Maha Eka Swasta
Ilustrasi: aktivitas di PT Timah/Antara-Maha Eka Swasta

Bisnis.com, JAKARTA--Tren peningkatan harga timah diprediksi hanya berlanjut sampai Juni 2017. Akhir tahun, harga berpeluang jatuh.

Pada penutupan perdagangan Kamis (18/5/2017) di London Metal Exchange (LME), harga timah turun 180 poin atau 0,88% menjadi US$20.200 per ton.

Sebelumnya pada penutupan perdagangan Rabu (17/5/2017), harga timah naik 2,28% atau 455 poin menjadi US$20.380 per ton. Angka ini merupakan level tertinggi sejak pekan ketiga Maret 2017.

Tahun lalu harga timah meningkat 45,14%, tertinggi di antara logam lainnya. Pada 30 Desember 2016 harga mencapai US$21.125 per ton.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim menyampaikan penurunan atau penaikan harga timah sebesar 500 poin sehari merupakan hal yang wajar.

Bila pergerakan di atas 600 poin, baru terjadi sesuatu yang tiba-tiba memicu aksi pasar.

Saat ini, kembalinya timah ke level psikologis US$20.000 per ton lebih disebabkan adanya pelemahan dolar AS.

Hal ini dimanfaatkan pelaku pasar untuk membeli komoditas-komoditas yang berpotensi meningkat dalam waktu dekat.

"Ini [aksi beli timah] lebih kepada aji mumpung, sebelum The Fed mengerek suku bunga sehingga dolar AS akan kembali kuat dan menekan harga-harga komoditas termasuk timah," tuturnya kepada Bisnis.com, Jumat (19/5/2017).

Ketika AS dilanda penurunan ekonomi dan peningkatan risiko politik, probabilitas pengerekan suku bunga dalam Federal Open Market Committee (FOMC) pada 14 Juni 2017 semakin menurun.

Ini menjadi kesempatan bagi timah untuk meningkat ke level US$21.000 per ton sampai akhir paruh pertama tahun ayam api karena dolar AS masih terpuruk.

Pelemahan dolar AS disebabkan sejumlah isu yang menyerang Presiden Donald Trump seperti ketegangan soal misil di Korea Utara, pembocoran informasi intelejen ke Rusia, dan kekhawatiran merealisasikan program.

Pelaku pasar juga memperhatikan saat ini terjadi perlambatan permintaan di China dan AS. Namun, mereka juga melihat rilis Bank Dunia yang menyatakan harga komoditas logam rata-rata akan tumbuh 16% year on year (yoy) pada 2017.

Menurut Ibrahim, pada paruh kedua 2017 harga timah cenderung akan mengalami pelemahan. Pada kuartal IV/2017 harga masih berpeluang ke area US$17.000 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper