Bisnis.com, JAKARTA - Melemahnya mata uang dolar AS diperkirakan memberikan keuntungan bagi mata uang bersifat safe haven seperti euro (EUR) dan yen (JPY).
Pada perdagangan Rabu (17/5/2017) pukul 16.35 WIB, indeks dolar AS turun 0,044 poin atau 0,04% menjadi 98,061. Ini merupakan level terendah sejak 10 November 2016 di posisi 98,785.
Dolar AS melemah dalam lima sesi berurutan. Sepanjang tahun berjalan indeks sudah terkoreksi 4,05%.
Sementara pada pukul 17.11 WIB, mata uang euro naik 0,0015 poin atau 0,14% menuju 1,1098 per dolar AS. Ini merupakan level tertinggi sejak 7 November 2016.
Analis PT Asia Trade Point Futures Andri Hardianto menyampaikan kecemasan politik Paman Sam memicu aksi jual pasar terhadap dolar AS, sehingga beralih kepada mata uang lainnya. Ketegangan dimulai setelah Trump memecat direktur FBI James Comey pada pekan lalu.
Kemudian ada informasi pemecatan Comey dilatarbelakangi penyelidikan FBI terhadap penasehat Trump, yakni Michael Flynn. Flynn disinyalir memberikan informasi yang bersifat rahasia kepada Rusia.
Selain itu, Trump diduga membocorkan rahasia intelejen soal ISIS kepada Rusia. Dalam cuitannya di Twitter, Trump malah membela diri bahwa berbagi informasi mengenai upaya melawan teroris merupakan hal yang wajar.
"Potensi ketegangan politik ini membuat pasar khawatir mengganggu agenda Trump yang akan mengajukan rancangan kebijakan ekonomi kepada kongres," ujarnya kepada Bisnis.com, Rabu (17/5/2017).
Dalam sepekan ini, sambung Andri, greenback masih cenderung mengalami pelemahan. Mata uang yang ideal dikoleksi ialah bersifat safe haven seperti euro dan yen.
Sampai Jumat (19/5/2017), EUR akan bergerak dalam rentang 1,11406--1,10100 per dolar AS. Sementara JPY diprediksi berada di antara 112-113,70 per dolar AS.
Pada perdagangan Rabu (17/5) pukul 17:29 WIB, mata uang yen meningkat 0,81 poin atau 0,72% menuju 112,31. Sepanjang tahun berjalan harga JPY tumbuh 4,01%.