Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar Lesu, EUR dan GBP Dulang Keuntungan

Sejumlah mata uang utama global seperti euro dan pound sterling diperkirakan mendulang keuntungan seiring dengan pelemahan dolar AS akibat merosotnya data perekonomian dan risiko politik Paman Sam.
Dollar AS./.Reuters
Dollar AS./.Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah mata uang utama global seperti euro dan pound sterling diperkirakan mendulang keuntungan seiring dengan pelemahan dolar AS akibat merosotnya data perekonomian dan risiko politik Paman Sam.

Pada perdagangan Rabu (17/5/2017) pukul 16.35 WIB, indeks dolar AS turun 0,044 poin atau 0,04% menjadi 98,061. Ini merupakan level terendah sejak 10 November 2016 di posisi 98,785.

Dolar AS melemah dalam lima sesi berurutan. Sepanjang tahun berjalan indeks sudah terkoreksi 4,05%.

Indeks dolar AS (DXY) merupakan perbandingan greenback terhadap enam mata uang utama dunia. Besar bobot masing-masing mata uang ditentukan oleh Federal Reserve berdasarkan pengaruhnya terhadap perdagangan Amerika Serikat. Kebijakan ini belaku sejak 1973.

Bobot yang paling besar terhadap DXY adalah mata uang Euro (EUR) sebesar 57,6%, disusul yen (JPY) 13,6%, poundsterling (GBP) 11,9%, dolar Kanada 9,1%, krona Swedia 4,2%, dan franc Swiss 3,6%.

Research and analyst PT Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra menuturkan, mata uang global memang diuntungkan oleh pelemahan greenback. Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan indeks dolar AS anjlok, yakni data fundamental ekonomi yang baru dirilis menunjukkan pelemahan dan keraguan pasar terhadap arah kebijakan Presiden AS Donald Trump.

"Kontroversi Trump berlanjut setelah masalah pemecatan direktur FBI, kini soal pembocoran informasi intelejen ke Rusia. Pasar jadi meragukan kebijakan sang presiden ke depannya," tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (17/5/2017).

Adapun sejumlah data ekonomi AS yang dicermati oleh pasar ialah rilis inflasi, penjualan ritel, dan aktivitas manufaktur New York. Consumer Price Index (CPI) periode April 2017 hanya mencapai 0,1%, di bawah ekspektasi sebesar 0,2%.

Sementara data penjualan ritel juga di bawah estimasi, yakni 0,4% dari proyeksi senilai 0,6%. Pada Senin (15/5/2017), data Empire State Manufacturing Index merosot ke -1,0 dari bulan sebelumnya sebesar 5,2. Angka ini juga di bawah estimasi senilai 7,2.

Menurut Putu dalam rentang grafik harian DXY masih dalam periode bearish selama masih berada di bawah level 98,50. Namun, karena pelemahan sudah terjadi beberapa hari, pasar bisa melakukan aksi short covering.

Seperti yang terjadi hari ini pada pukul 11.34 WIB, indeks dolar AS turun 0,148 poin atau 0,15% menjadi 97,974. Angka ini lebih merupakan level terendah sejak 9 November 2016, atau ketika Donald Trump memenangkan pemilu AS, di posisi 98,504.

"Pelemahan tajam memberikan peluang adanya short covering. Jadi ada kenaikan-kenaikan sesaat kendati proyeksinya masih bearish," paparnya.

Putu menyampaikan mata uang yang menarik dikoleksi dalam waktu dekat di tengah pelemahan dolar AS ialah EUR dan GBP. Keduanya bersifat saling memengaruhi terhadap greenback.

Sementara JPY sebagai aset haven justru tidak terlalu menarik bagi pasar. Pasalnya, ada momen ketika selera investor terhadap aset lindung nilai berkurang (risk appetite).

Sampai akhir pekan ini, EUR diperkirakan bergerak dalam rentang 1,0970--1,120 per dolar AS. Dalam waktu yang sama, GBP diprediksi berjalan di antara 1,280-1,30 per dolar AS.

"Agak sulit GBP menembus level 1,30 per dolar AS, jadi mungkin masih lebih banyak di area 1,29 per dolar AS," ujarnya.

Pada perdagangan Rabu (17/5) pukul 17:11 WIB, mata uang euro naik 0,0015 poin atau 0,14% menuju 1,1098 per dolar AS. Ini merupakan level tertinggi sejak 7 November 2016.

Sementara mata uang pound sterling pada waktu yang sama meningkat 0,0036 poin atau 0,28% menjadi 1,2954 per dolar AS. GBP dan EUR sudah menghijau dalam empat sesi perdagangan secara beruntun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper