Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

LAJU SAHAM 5 MEI: Berikut Bahasan Aksi Emiten

Tim analis Oso Securities menyebutkan aksi korporasi beberapa emiten dalam perdagangan kemarin, akan ikut memengaruhi pergerakan pasar hari ini.

Bisnis.com, JAKARTA - Tim analis Oso Securities menyebutkan aksi korporasi beberapa emiten dalam perdagangan kemarin, akan ikut memengaruhi pergerakan pasar hari ini.

Sejumlah emiten melakukan aksi korporasi seperti INDF, BWPT dan PGAS

INDF Akan Emisi Obligasi Rp2 Triliun
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.(INDF) akan menerbitkan obligasi senilai Rp2 triliun dengan tenor 5 tahun. Perusahaan ini mendapatkan peringkat AA+ dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo)., Indofood memiliki obligasi jatuh tempo Rp2 triliun pada 31 Mei 2017. Adapun, PT Mandiri Sekuritas, PT BCA Sekuritas, PT CIMB Sekuritas Indonesia, PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia, PT Indo Premier Sekuritas, dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk. ditunjuk sebagai penjamin pelaksana emisi obligasi tersebut. Dari sisi kinerja, pada kuartal pertama tahun ini, INDF mengantongi laba bersih Rp1,2 triliun, atau tumbuh 11% secara tahunan.

BWPT Tak Ubah Fokus Bisnis Pasca Perubahan Struktur Pemegang Saham
Strategi bisnis PT Eagle High Plantations Tbk.(BWPT) tak banyak berubah kendati ada perubahan struktur pemegang saham usai masuknya The Federal Land Development Authority (Felda). Seperti diketahui, melalui anak usahanya FIC Properti Sdn Bhd (FICP), Felda telah resmi menguasai 37% saham BWPT tersebut. Direktur Utama Eagle High Plantations Nicolaas B. Tirtadinata mengatakan harus ada pemisahan antara operasional perusahaan dengan pemegang saham. Corporate Secretary Eagle High Plantations Deddy Setiadi mengatakan bahwa dengan masuknya Felda, pada tahun ini tidak ada perubahan yang terlalu signifikan pada strategi perseroan ke depan. Sementara itu, Komisaris Eagle High Plantations Andrew Haryono mengatakan perseroan sangat bersemangat dengan masuknya Felda. Pasalnya, salah satu keunggulan Felda berkaitan dengan pupuk. Oleh karena itu, dia berharap dengan kerja sama tersebut bisa memaksimalkan sinergi perseroan dengan Felda.

Jobi Menjandi Pemimpin PGAS Yang Baru
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.(PGAS) memutuskan melakukan pergantian direktur utama perseroan. Kementerian BUMN menunjuk Jobi Triananda Hasjim sebagai Direktur Utama PGN menggantikan Hendi Prio Santoso. Jobi yang saat ini masih memimpin PT Rekayasa Industri, pernah menjabat sebagai direktur di PGN. Seperti diketahui, Hendi telah menjabat sebagai direksi PGN sejak 2007 di mana sebelumnya memegang jabatan direktur keuangan (2007-2008) dan kemudian direktur utama (2008-sekarang, Mei 2017). Sebagai gambaran, pengangkatan direksi BUMN diatur secara khusus di UU No. 19/2003 tentang BUMN, terutama di pasal 16-18. Masa jabatan direksi ditetapkan selama 5 tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 kali masa jabatan. Pengangkatan itu dilakukan oleh RUPS. Dengan kata lain, masa jabatan direksi BUMN dipatok selama 10 tahun. Dalam perkembangan lain, dividen PGAS ini terus turun dalam beberapa tahun terakhir seiring penurunan kinerja perusahaan yang tertekan akibat perlambatan permintaan dari industri.

WSKT Mulai Tawarkan Jalan Tol Sebagai Langkah Divestasi Usaha
PT Waskita Karya (Persero) Tbk.(WSKT), menawarkan ruas jalan tol yang dimiliki dan dikembangkan oleh perusahaan kepada investor sebagai bagian dari divestasi usaha. Direktur Utama Waskita Karya M.Choliq mengatakan, perusahaan sekuritas PT Danareksa Sekuritas dan PT BNI Securities merupakan pihak yang menawarkan jalan tol tersebut kepada investor. Pada saat ini, terdapat 17 ruas yang ditawarkan. Sejauh ini, Choliq me ngaku belum mengeta hui ruas mana yang akan dilepas. Choliq mengatakan, Waskita Karya adalah pengembang jalan tol yang membeli, mengembangkan, dan kemudian menjual lagi jalan tol tersebut. Sebagian besar proyek yang dikerjakan oleh emiten berkode saham WSKT itu adalah jalan tol.

MEDC Siapkan Dua Aksi Korporasi
PT Medco Energi Internasional Tbk.(MEDC) berencana melakukan dua aksi korporasi pada tahun ini yakni pemecahan nilai nominal saham 4 berbanding 1 dan penerbitan rights issue. Perseroan telah menyampaikan agenda rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) yang akan diselenggarakan pada tanggal 16 Juni 2017 kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selain itu, perseroan akan meminta persetujuan dari para pemegang saham untuk menyetujui pemecahan nilai saham (stock split) 4 berbanding 1. MEDC juga tengah melakukan finalisasi rencana rights issue yang akan diajukan kepada OJK. Rencana rights issue tersebut telah disetujui dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada September 2016

MTLA Tambah Lima Proyek Tahun Ini
PT Metropolitan Land Tbk.(MTLA) berencana mengembangkan lima proyek baru sepanjang tahun ini menimbang prospek bisnis properti yang semakin membaik. Manajemen perseroan mengungkapkan, hingga akhir 2016 perseroan telah memiliki tujuh proyek residensial dan sembilan proyek komersial yang meliputi pusat perbelanjaan, hotel berbintang, serta properti strata title. Perseroan melihat prospek industri properti pada tahun ini cukup positif untuk melakukan langkah ekspansi besar. Oleh karena itu, perseroan percaya diri untuk meluncurkan sedikitnya lima proyek baru. Proyek pertama yang dibangun yakni Kaliana Apartemen yang merupakan apartemen pertama di kawasan komersial Metland Urban City di Metland Transyogi, Cileungsi. Proyek ini telah diluncurkan dan mulai dibangun sejak Januari 2017. Proyek ini akan terdiri atas empat menara apartemen, dengan nilai investasi menara pertama tahun ini Rp178 miliar. Menara pertama apartemen akan memuat 532 unit. Selain itu, perseroan juga memasarkan 7 unit komersial dengan konsep WOHO atau work of- fi ce home offi ce yang diadaptasi dari Singapura

CITA Bakal Cari Dana di Pasar Modal
PT Cita Mineral Investindo Tbk.(CITA) mengincar pendanaan untuk ekspansi pembangunan refinery alumina di Ketapang, Kalimantan Barat dari pasar modal, mengingat pendanaan selama ini dari perbankan dinilai mahal. Rencana tersebut terungkap dalam laporan tahunan emiten berkode saham CITA tersebut yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia pada Selasa (2/5). Dalam laporan tersebut, manajemen mengungkapkan industri hilir aluminium tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan industri hulu. Hal ini terkait erat dengan kurangnya insentif dari pemerintah dari sisi fiskal atau insentif lainnya yang dapat mendukung investor untuk menanamkan modalnya di pengolahan smelter grade alumina (SGA). Kondisi itu juga dialami oleh CITA sehingga untuk pembangunan pabrik pemurnian SGA, perseroan harus mengandalkan pendanaan yang mahal. Adapun, berbekal pendanaan perbankan, perseroan mulai membangun fasilitas produksi SGA sejak 2013 dan merampungkan pada tahun lalu dengan kapasitas 1 juta ton

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper