Bisnis.com, JAKARTA -- Nilai transaksi perdagangan berjangka komoditas (PBK) pada kuartal I/2017 mencapai Rp15,71 triliun, turun 36,04% secara year on year (yoy) dari Rp24,56 triliun pada kuartal I/2017.
Berdasarkan data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan yang dikutip Bisnis.com, Jumat (28/4/2017), pada kuartal I/2017 volume transaksi perdagangan berjangka komoditas atau PBK mencapai 1,81 juta lot, naik 4,04% year on year (yoy) dari periode yang sama di tahun sebelumnya sejumlah 1,74 juta ton.
Rinciannya, transaksi multilateral berkontribusi 16,42% sebesar 296.520 lot, sedangkan transaksi bilateral atau Sistem Perdangan Alternatif (SPA) menyumbang 83,58% sejumlah 1,51 juta lot.
Dari sisi pertumbuhan, volume transaksi multilateral pada kuartal I/2017 turun 14,81% yoy dari sebelumnya 348.065 lot. Sementara transaksi SPA meningkat 8,76% dibandingkan kuartal I/2016 sejumlah 1,39 juta lot.
Total nilai transaksi mencapai Rp15,71 triliun, turun 36,04% yoy dari Rp24,56 triliun pada kuartal I/2017. Rinciannya, transaksi multilateral merosot 59,70% yoy menjadi 1,55 triliun dari sebelumnya Rp3,84 triliun. Sementara transaksi SPA melesu 31,65% yoy menuju Rp14,16 triliun dari sebelumnya Rp20,72 triliun.
Baca Juga
Kepala Biro Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik Bappebti Pantas Lumban Batu menyampaikan, pencapaian kinerja PBK tiga bulan pertama 2017 belum sesuai dengan target Bappebti yang lebih fokus mengembangkan transaksi multilateral. Pasalnya, transaksi multilateral diharapkan dapat menjadi pembentukan harga referensi komoditas di pasar fisik.
Di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ), pada kuartal I/2017 transaksi komoditas perkebunan meningkat 29,58% yoy menjadi 153.990 lot dari sebelumnya 118.835 lot. Pertumbuhan terbesar disumbang kopi robusta (kode RCF) sebesar 90.754 lot, melonjak 51,49% yoy dari sebelumnya 59.906 lot.
Transaksi olein (kode OLE 10) dan kopi arabika (kode ACF) masing-masing tumbuh 25,74% dan 7,16% menjadi 12.071 lot serta 25.668 lot. Sementara kakao (kode CC5) menjadi satu-satunya komoditas perkebunan yang mengalami performa menurun, yakni 7,87% yoy menuju 9,339 lot dari kuartal I/2016 sejumlah 10.137 lot.
Sementara komoditas logam di BBJ meningkat 10,05% pada kuartal I/2017 menjadi 85.606 lot dari sebelumnya 77.787 lot. Sebagai informasi, seluruh komoditas logam di BBJ merupakan produk turunan emas.
Di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI), pada kuartal I/2017 transaksi komoditas perkebunan merosot 88,54% menjadi 11.988 dari sebelumnya 104.562 lot. Seluruh produk perkebunan di BKDI merupakan komoditas minyak kelapa sawit atau CPO beserta turunannya.
Sementara transaksi komoditas logam juga melesu 2,92% yoy menjadi 44.027 lot dari sebelumnya 45.350 lot. Namun, transaksi timah (kode TIN) berhasil melaju 63,91% yoy menuju 3.543 lot dari sebelumnya 2.156 lot. Adapun komoditas logam BKDI lainnya merupakan produk emas dan turunannya.