Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan bursa saham China berakhir melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (12/4/2017), menyusul rilis data inflasi produsen yang lebih lambat sehingga menimbulkan keraguan tentang keberlanjutan pemulihan ekonomi negara tersebut.
Indeks Shanghai Composite ditutup melemah 0,46% atau 15,14 poin ke level 3.273,83. Pagi tadi, indeks Shanghai dibuka turun 0,16% atau 5,13 poin di posisi 3.283,84.
Adapun indeks CSI 300 di Shenzhen yang berisi saham-saham bluechip berakhir melemah 0,21% atau 7,24 poin ke 3.509,65, setelah dibuka turun tipis 0,07% di posisi 3.514,57.
Dilansir Reuters, inflasi harga produsen China melambat untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan pada Maret, seiring merosotnya harga bijih besi dan batu bara, akibat tertekan oleh kekhawatiran bahwa produksi baja negara tersebut membebani permintaan serta mengancam kelebihan suplai logam tersebut tahun ini.
Inflasi indeks harga produsen naik 7,6% pada Maret 2017, dari kenaikan mencapai 7,8% pada bulan sebelumnya.
“Melambatnya inflasi telah diperkirakan, mengingat turunnya harga komoditas akhir-akhir ini,” ujar Wu Kan, kepala perdagangan ekuitas di Shanshan Finance.
Menurutnya, perusahaan-perusahaan dalam jangka panjang akan mendapat manfaat dari rencana pembangunan zona ekonomi di Xiongan, mengingat proyek itu akan mendorong permintaan untuk bahan bangunan.
Akhir pekan lalu, Beijing mengumumkan rencana untuk membangun Xiongan New Area, mencontoh zona ekonomi khusus Shenzhen dekat Hong Kong yang membantu mendorong reformasi ekonomi China pada tahun 1980.
Saham-saham yang terkait dengan infrastruktur melonjak pasca pengumuman, namun banyak yang menurun hari ini.
Saham Great Wall Motor, produsen mobil berbasis di Hebei, meluncur 8% meskipun mencatat kenaikan sebesar 21% sejak April.
Sementara itu, saham para operator pelabuhan dan pengembang yang berbasis di Guangdong naik, setelah Perdana Menteri China Li Keqiang menyatakan pemerintah pusat tahun ini akan merumuskan rencana pengembangan untuk Guangdong-Hong Kong-Macau Great Bay Area.