Bisnis.com JAKARTA - PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) mengincar sejumlah perusahaan batu bara baik berlisensi IUP maupun PKP2B di Kalimantan sebagai strategi penambahan cadangan batu bara yang dimiliki.
Direktur Keuangan ITMG Yulius Kurniawan Gozali mengatakan untuk akuisisi tambang batu bara akan difokuskan di Kalimantan agar memperoleh nilai kalori batu bara yang hampir sama dengan yang dimiliki perseroan saat ini.
Pasalnya, dia menilai batu bara di Sumatra memiliki nilai kalori yang lebih rendah. Selain itu, transportasi di Sumatra juga memiliki tantangan tersendiri karena lokasi yang cukup jauh sehingga beban operasional akan menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, untuk pulau Sumatra, perseroan justru mengincar proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara maupun PLTU Mulut Tambang.
“Target kami di Kalimantan karena kilo kalori masih cukup sama dengan yang kami punya,” katanya usai rapau umum pemegang saham tahunan (RUPST), Rabu (29/3/2017).
Hanya saja, lanjutnya, perseroan belum menargetkan kapan akuisisi tambang tersebut akan dieksekusi. Namun, ITMG mengestimasi jika akuisisi tersebut harus dilakukan dalam periodisasi berakhirnya operasional tambang yang dikelola anak usaha mereka yakni PT Jorong Barutama Greston dan PT Kitadin.
Direktur ITMG Leksono Puranto menambahkan perseroan saat ini terus melakukan negosiasi dan pendalaman terkait rencana akuisisi tambang. Rencana akuisisi tersebut, memang telah masuk dalam rencana bisnis ITMG.
“Saat ini masih dalam proses due diligence. Ada beberapa yang kami incar. Ada yang berlisensi IUP dan ada juga yang berlisensi PKP2B,” ujarnya.
Cadangan batu bara yang dikelola PT Jorong Barutama Greston tersisa 1 juta ton per 31 Desember 2016. Sementara, cadangan batu bara yang dikelola PT Kitadin tersisa 3,4 juta ton per akhir tahun lalu.
Data tersebut, terungkap dalam laporan tahunan 2016 yang diterbitkan oleh PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG), induk kedua perusahaan itu. Semakin menipisnya cadangan batu bara di kedua anak usaha itu membuat ITMG sejak tahun lalu telah ancang-ancang untuk membuka opsi akuisisi tambang.
Meskipun, perseroan juga terus melakukan optimalisasi cadangan yang ada. Total keseluruhan cadangan batu bara ITMG per 31 Desember 2016, tercatat sebanyak 198,3 juta ton, dengan sumber daya batu bara sebesar 1,62 miliar ton.
Pada 2016, Jorong Barutama Greston menghasilkan 1 juta ton batu bara, lebih rendah dibandingkan 2015 sebesar 1,3 juta ton. Jorong Barutama Greston kini sedang mengajukan izin penutupan operasional penambangannya.
Manajemen ITMG menjelaskan, seluruh persiapan penutupan tambang Jorong telah mulai dilakukan, termasuk realisasi rencana reklamasi bekas kawasan tambang, yang akan diikuti dengan kegiatan rehabilitasi dan penghijauan kembali kawasan bekas tambang setelah kegiatan reklamasi diselesaikan.
“Cadangan batubara di area penambangan [Jorong] akan habis pada tahun 2018,” tulis manajemen seperti dikutip dari Laporan Tahunan 2016 yang dipublikasikan pada Rabu (1/3/2017) malam.
ITMG juga mencari area baru pengganti tambang Tandung Mayang yang telah memasuki proses penutupan lahan sejak kuartal I tahun lalu. Tambang tersebut dikelola oleh anak perusahaan ITMG yakni PT Kitadin.
ITMG tidak terkesan pilih-pilih, tambang baru yang akan diakuisisi diharapkan memiliki cadangan setidaknya 30-50 juta ton dengan nilai kalori berkisar antara 4.800 kilokalori per kilogram (kkal/kg) hingga 5.000 kkal/kg.
PRODUKSI 2017
Usai RUPST yang diselenggarakan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (29/3/2017), Direktur Operasi ITMG AH Bramantya Putra mengatakan pada tahun ini target produksi batu bara perseroan ditargerkan sebesar 25,5 juta ton, lebih rendah dari produksi pada 2016 sebesar 25,6 juta ton.
Produksi pada tahun ini masih ditopang dari PT Indominco Mandiri yang ditargetkan memproduksi 15,3 juta ton. Sedangkan PT Trubaindo Coal Mining dan PT Bharinto Ekatama akan memproduksi masing-masing 5,2 juta ton dan 2,7 juta ton.
Sementara, tambang yang memasuki fase penutupan tambang yakni yang dikelola oleh Kitadin dan Jorong Barutama Greston pada tahun ini ditargetkan akan memproduksi masing-masing 1,1 juta ton dan 1,2 juta ton.
Dia menjelaskan untuk Jorong memang dalam publikasi tahunan disebutkan cadangan tersisa 1 juta ton. Namun, pada tahun ini ditargetkan memproduksi 1,2 juta ton. Target tersebut bisa dilakukan karena perseroan juga terus melakukan eksplorasi baru di tambang existing.
“Memang betul, laporan menyebutkan cadangan Jorong tinggal dikit. Tetapi kami melakukan organik development. Masih ada cadangan yang masih bisa kita upayakan sehingga kami masih bisa melakukan penambangan di Jorong,” katanya.