Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

2016, Saratoga Bukukan Pendapatan Dividen Tertinggi

PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (Kode Saham: SRTG) berhasil membukukan rekor tertinggi pendapatan dividen sebesar Rp 622 miliar di tahun 2016.
Logo Saratoga
Logo Saratoga

Bisnis.com, JAKARTA - PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (Kode Saham: SRTG) berhasil membukukan rekor tertinggi pendapatan dividen sebesar Rp 622 miliar di tahun 2016.

Presiden Direktur Saratoga Michael W.P. Soeryadjaya menjelaskan bahwa rekor pendapatan dividen ini mencerminkan kinerja yang solid dari perusahaan-perusahaan investasi Saratoga, yang didukung oleh kedisiplinan Saratoga dalam menerapkan strategi investasi secara keseluruhan yang mencakup investasi-tumbuh-monetisasi.

“Sebagai perusahaan investasi aktif, kami terus berusaha agar investasi-investasi kami dapat mencapaiinvestasi siklus penuh(full-cycle investment) dimana kita tidak hanya berinvestasi, tetapi secara aktif terlibat dalam menumbuhkan dan mengembangkan perusahaan untuk mencapai potensi yang maksimal. Sebagian besar perusahaan-perusahaan investasi kami telah mencapai tahap ini, ini merupakan kombinasi dari saat pemilihan investasi, pengembangan strategi yang baik dan eksekusi yang kuat,” kata Michael dalam siaran persnya.

Kinerja yang kuat dari perusahaan-perusahaan investasi Saratoga di tahun 2016 tercermin dalam investasinya di sektor sumber daya alam dan konsumer. Di sektor sumber daya alam, kinerja PT Adaro Energy Tbk. (kode saham: ADRO) tumbuh berkat pemulihan harga batubara setelah mencapai titik terendah dalam 5 tahun danpenyelesaian pembiayaan (financial closure) dalamproyek pembangkit listrik Jawa Tengah dengan kapasitas 2 x 1.000 MW.

Penguatan ini telah berhasil mendorong harga saham Adaro naik dari Rp 515 menjadi Rp 1.695 per saham di 2016. Di sektor konsumer, PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (kode saham: MPMX) terus memperkuat kinerjanya, didorong oleh pertumbuhan pendapatan segmen pelanggan auto-parts serta distribusi dan ritel. Kinerja yang solid telah meningkatkan harga saham MPMX dari Rp 489 menjadi Rp 820 per saham di tahun 2016.

Atas kinerja yang positif dan sebagai bentuk komitmen Saratoga kepada pemegang saham, pada tahun 2016, Saratoga telah membagikan dividen untuk pertama kalinya sejak Penawaran Saham Perdana (IPO) pada 2013. Besaran dividen yang dibayarkan oleh perusahaan adalah Rp 86 miliar atau Rp 32 per lembar saham untuk tahun buku 2015 dan dividen interim sebesar Rp 165 miliar atau Rp611 per lembar saham untuk tahun buku 2016.

Kinerja Saratoga yang kuat sepanjang 2016, katanya, juga didorong oleh beberapa faktor, diantaranya penerapan standar akuntansi baru dan pendapatan dividen dari perusahaan-perusahaan investasi.

Dengan penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 65 mulai tahun 2016, maka Saratoga menerapkan standar akuntansi nilai wajar pada aset investasinya.

Pada tahun 2016, dengan standar akuntansi yang baru, Saratoga berhasil membukukan pendapatan investasi sebesar Rp6,34 triliun di mana Rp3,39 triliun diperoleh melalui one-off adjustments (penyesuaian sekali waktu), yang menandai transisi dari akuntansi ekuitas menjadi nilai wajar. Selainitu, peningkatanharga saham perusahaan-perusahaaninvestasi selama periode 2016 memberikan kontribusi Rp2,94 triliun, yang terutama disebabkan oleh peningkatan harga saham ADRO &MPMX.

Sebagai bagian dari perubahan standarakuntansi, Saratogamencatatkan laba bersih sebesar Rp 5,67 triliun dengan total aset Rp 25,1 triliun, naik 51% dibandingkan tahun 2015 senilai Rp16,7 triliun. Hasil ini lebih mencerminkan kinerja Saratoga sebagai perusahaan investasi aktif. Saratoga adalah perusahaan publik pertama yang menerapkan standar akuntansi PSAK 65 di Indonesia.

Direktur Keuangan Saratoga Jerry Ngo mengatakan bahwa pencapaian laba bersih pada tahun 2016 tidak dapat menjadi acuan kinerja perusahaan di masa depan, karena pendapatan investasi ini berasal dari one-off adjustments yaitu ketika perusahaan menerapkan standar akuntansi PSAK 65. Selain itu, pertumbuhan pendapatan investasi Saratoga juga akan bergantung pada perubahan harga saham dari perusahaan-perusahaan investasi di bursa efek.

Sebagai perusahaan investasi aktif, standar akuntansi yang diterapkan oleh Saratoga telah memberikan gambaran nyata akan kinerja bisnis perusahaan di masa depan. Hal ini diharapkan dapat menjadi pedomanbagi investor dalam membuat keputusan terbaik untuk investasi mereka.

“Kinerja Saratoga di masa depan akan didukung oleh kinerja perusahaan investasi kami. Kami percaya bahwa dengan pertumbuhan ekonomi yang positif dan peluang investasi yang terbuka di Indonesia, kami akan terus memberikan nilai tambah yang optimal bagi para pemangku kepentingan,”kata Jerry.

Sebagai perusahaan investasi aktif, Saratoga secara konsisten melakukan inisiasi investasi baru pada tahun 2016 untuk memperkuat tiga pilar investasi, yaitu Sumber Daya Alam, Infrastruktur dan Konsumen. Setelah melalui analisis menyeluruh dan pertimbangan cermat, pada tahun 2016, Saratoga telah melakukan investasi sebesar5,63% saham di PT MGM Bosco Logistik (MGM Bosco), salah satu perusahaan logistik cold-chain terkemuka di Indonesia.

Saratoga juga melakukan investasi dalam PT Famon Awal Bros Sedaya (FABS) - perusahaan yang saat ini memiliki dan mengelola 4 (empat) dari rumah sakit terkemuka di Indonesia di bawah bendera RS Awal Bros (RSAB Group). Rumah sakit di bawah FABS telah beroperasi di beberapa kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Makasar (Jaringan RS FAB). Jerry menjelaskan, 2016 merupakan tahun yang cemerlang bagi Saratoga terkait strategi divestasi yang dilakukan.

Pada kuartal pertama,Saratoga melakukan divestasi saham di PT Pulau Seroja Jaya senilai Rp 98 miliar. Pulau Seroja merupakan perusahaan pelayaran yang menyediakan layananpenyewaan jasa kelautan untuk kapal tunda dan tongkang dimana Saratoga berinvestasi sejak 2008. Pada kuartal keempat, Saratoga melepas beberapa aset perkebunan kelapa sawit milik Provident Agro dengan harga pasar premium per hektarnya.

Terakhir, pada kuartal pertama 2017, Saratoga melakukan divestasi PT Lintas Marga Sedaya (LMS), sebuah proyek investasi untuk jangka panjang berupa jalan tol Cikopo-Palimanan, di mana perusahaan memulai investasinya sejak tahun 2006. Dengan kerja keras yang gigih dan keyakinan kuat, selama 10 tahun Saratoga berhasil menuntaskan pembangunan ruas tol terpanjang di Indonesia itu dengan nilai divestasi sebesarRp 900 miliar.

Sementara itu, untuk mendukung dan memenuhi kebutuhan sumber daya energi nasional, Saratoga melalui perusahaan investasinya, PT Medco Power Indonesia (MPI) terhitung mulai 18 Maret 2017 telah memulai operasi komersil unit pertama dari Sarulla Geothermal Power Plant dengan kapasitas 110 MW. Proyek Sarulla adalah salah satu pembangkit listrik panas bumi terbesar di dunia dengan kapasitas total yang mencapai 330 MW dalam satu kontrak tunggal, dan terdiri dari tiga fase.

Fase kedua dan fase ketiga dijadwalkan mulai beroperasi secara komersil pada tahun 2017 dan 2018. Listrik yang dihasilkan dari Sarulla Geothermal Power Plant dijual ke Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam kurun waktu 30 tahun.

“Saratoga akan terus mengambil inisiatif untuk mendukung program pemerintah melalui investasi di sektor-sektor strategis. Kami percaya dengan pengalaman dan strategi Saratoga, kami akan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia,”kata Jerry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper