Bisnis.com, JAKARTA—Emiten baru sektor transportasi PT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk. berencana memperluas pasar terminal peti kemas di sejumlah pelabuhan di kawasan timur Indonesia dengan menggunakan dana hasil penawaran umum perdana.
Paul Krisnadi, Direktur Utama Nusantara Pelabuhan Handal mengatakan, perseroan berhasil meraup dana segar Rp308,6 miliar dari hasil penawaran umum perdana saham perseroan atau initial public offering (IPO). Perseroan telah menerbitkan 576,8 juta saham baru, atau setara 20,5% modalnya setelah IPO, dengan harga Rp535 per saham.
Emiten yang mendapatkan kode saham PORT ini akan memanfaatkan 65% dana hasil IPO tersebut, atau sekitar Rp200,6 miliar, untuk pelunasan seluruh utang kepada salah satu pemegang saham perseroan, yakni PT Episenta Utama Investasi. Sisanya, yakni Rp108,01 miliar dimanfaatkan untuk modal kerja perseroan.
Dana modal kerja tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dana belanja modal tahun ini yang ditargetkan mencapai Rp154 miliar. Nilai tersebut lebih rendah dari belanja modal tahun lalu yang senilai Rp207 miliar.
Alasan penurunan tersebut yakni karena sebagian besar belanja modal untuk kepentingan ekspansi perusahaan telah terealisasi tahun lalu. Selama 2014 hingga semester pertama 2016, perusahaan sudah banyak melakukan konsolidasi dan pembenahan infrastruktur, termasuk sistem teknologi informasi, SDM dan manajemen.
Menurutnya, dana belanja modal dari IPO akan digunakan untuk perluasan pasar perseroan, terutama untuk membuka operasi terminal peti kemas baru di sejumlah pelabuhan Indonesia. Sayangnya, Paul masih enggan merinci jumlah maupun lokasi persis dari pelabuhan baru yang disasar.
“Tahun ini ada beberapa potensi pengembangan pelabuhan di luar Jawa. Sekarang kami belum bisa sampaikan detailnya, karena masih sangat awal. Namun, yang pasti kami menyasar di Indonesia Timur,” katanya usai pembukaan perdagangan saham perdana perseroan di Bursa Efek Indonesia, Kamis (16/3/2017).
Saat ini, PORT beroperasi di tiga pelabuhan, yakni Tanjung Priok-Jakarta, Tanjung Perak-Surabaya, dan Laemchabang, Bankok-Thailand. Selain itu, perseroan juga beroperasi di sejumlah pelabuhan domestik lain di luar Jawa, tetapi hanya untuk aktivitas perawatan peralatan pelabuhan.
Menurutnya, perseroan belum akan memperluas ekspansi di pasar internasional dan masih akan berkonsetrasi meningkatkan kapasitas pelabuhan di Bangkok. Perseroan memulai bisnis di Bangkok melalui kerja sama dengan Siamgas and Petrochemicals Public Company Limited akhir 2015 lalu untuk pengoperasian terminal Suksawat di Bangkok selama 25 tahun.
Sejauh ini, operasi perseroan di Bangkok belum optimal seiring tahap pengembangan pelabuhan baru di Laemchabang, tetapi sudah akan beroperasi tahun ini. Perseroan menargetkan tingkat utilisasinya dapat mencapai 40% hingga 60%.
Selain itu, perseroan juga menargetkan dapat meningkatkan tingkat utilisasi anak usahanya PT PBM Adipurusa, yang merupakan pengelola kegiatan alat bongkar muat terminal petikemas domestik yang beroperasi di Tanjung Priok.
Pada 2016, PBM Adipurusa diperkirakan mencapai troughput 276 ribu TEUs dari kapasitas maksimum terpasang 500 ribu TEU. Tingkat utilitasnya dengan demikian baru 55,2%. Tahun ini, perseroan menargetkan tingkat utilitasnya dapat meningkat menjadi 64% hingga 66%, atau troungput antara 320 ribu hingga 330 ribu.
Perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan tahun ini dapat meningkat sedikitnya 10%. Adapun, hingga September 2016 lalu, perseroan mencatatkan pendapatan Rp815,7 miliar dengan laba bersih Rp163,9 miliar.
“Dibandingkan September tahun lalu, pendaptan per September tahun ini kami harapkan meningkat menjadi sekitar Rp900 miliar,” katanya.