Bisnis.com, JAKARTA--- Korporasi tambang milik negara, PT Timah (Persero) Tbk., berencana menganggarkan belanja modal senilai Rp2,2 triliun-Rp2,6 triliun sepanjang 2017.
Sekretaris Perusahaan Timah Sutrisno Tatetdagat mengatakan porsi terbesar dari belanja modal itu untuk pembesaran alat tambang dan pemrosesan. ‘’Sumber dana [merupakan] kombinasi [dari] dana internal dan eksternal (loan dan investor),’’ katanya ketika dihubungi, Selasa (17/1).
Rencana belanja modal itu merupakan rencana konsolidasi kelompok usaha Timah. Belanja modal itu akan digunakan oleh emiten berkode saham TINS tersebut untuk mendukung kegiatan usaha perseroan.
Sutrisno mengatakan Timah menargetkan produksi timah sebanyak 30.000 MT pada 2017 sedangkan penjualan timah akan mengikuti produksi dan permintaan pasar. ‘’Manajemen TINS memandang pasar komoditas timah tahun 2017 poisitif dan menjanjikan,’’ paparnya.
Sebagai gambaran, berdasarkan data paparan publik perseroan, Timah memproduksi bijih timah 3.405 ton, logam timah 4.205 metrik ton dan menjual logam timah 5.730 metrik ton dengan harga jual rata-rata US$15.478 per ton pada kuartal III/2016.
Dari kinerja tersebut, Timah membukukan pendapatan usaha Rp4,68 triliun per kuartal III/2016 atau turun 9% dibandingkan dengan Rp5,14 triliun pada periode yang sama 2015. Dalam periode itu, Timah membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp50,65 miliar.