Bisnis.com, JAKARTA— Nilai tukar rupiah ditutup melemah 1,86% atau 245 poin ke level Rp13.383 per dolar AS pada perdagangan Jumat (11/11/2016).
Pergerakan mata uang Garuda itu sejalan dengan mata uang di kawasan regional Asia yang hampir seluruhnya melemah.
Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang hari ini kurs rupiah bergerak di kisaran Rp13.233/US$ hingga Rp13.873/US$.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) melemah tajam 1,77% atau 232 poin ke Rp13.350 per dolar AS.
Adapun, kurs transaksi BI dipatok Rp13.417 untuk kurs jual dan Rp13.283 untuk kurs beli.
Bank Indonesia menilai volatilitas pergerakan rupiah disebabkan oleh aksi jual valuta asing di pasar akibat pengaruh analis global yang membuat penelaahan mengenai kebijakan proteksionisme di Amerika Serikat setalah terpilihnya Donald Trump sebagai presiden.
Saat kurs rupiah hingga Jumat (11/11/2016) siang sudah mencapai level psikologis Rp13.700 per dolar AS, bank sentral telah melakukan stabilisasi di dua pasar sekaligus yaitu valas dan Surat Berharga Negara (SBN). BI telah mengumumkan ke peserta pasar bahwa otoritas moneter itu siap membeli SBN dan melakukan lelang.
Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara menyatakan setelah pasar melihat BI hadir di pasar valas dan SBN, rupiah bisa kembali ke level kisaran Rp13.500 per dolar AS. Dia menegaskan bahwa Indonesia tidak akan membatasi pasar valas di pasar uang antarbank sehingga pasar bisa berjalan seimbang baik dari sisa suplai dan permintaan.Â
"Dan para eksportir juga sudah mulai masuk untuk suplai valas itu yang membuat kurs kembali stabil," ucapnya.