Bisnis.com, JAKARTA--Emiten tambang PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) merampungkan transaksi akuisisi pembelian saham proyek IndoMet Coal senilai US$120 juta setara dengan Rp1,56 triliun.
Mahardika Putranto, Sekretaris Perusahaan Adaro Energy, mengatakan transaksi pembelian dan pengambilalihan saham perusahaan tersebut terbilang transaksi material. Perjanjian share sale agreement proyek IndoMet Coal diumumkan pada 7 Juni 2016.
"Share sale agreement antara PT Alam Tri Abadi, Coaltrade Services International Pte. Ltd. yang keduanya merupakan anak perusahaan Adaro Energy, dengan BHP Minerals Holdings Pty. Ltd. dan BHP Minerals Asia Pacific Pty. Ltd.," tulisnya dalam keterbukaan informasi di PT Bursa Efek Indonesia, Jumat (14/10/2016).
Perjanjian tersebut dalam transaksi pembelian saham dan pengambil-alihan atas seluruh saham BHP Minerals Holdings Pty. Ltd. dan BHP Minerals Asia Pacific Pty. Ltd. pada PT Maruwai Coal, PT Juloi Coal, PT Kalteng Coal, PT Sumber Barito Coal, PT Lahai Coal, PT Ratah Coal, dan PT Pari Coal.
Keseluruhan nilai transaksi sebesar US$120 juta. Transaksi tersebut telah terlaksana dengan terpenuhinya persyaratan-persyaratan dalam share sale agreement.
Kini, emiten bersandi saham ADRO tersebut telah resmi menggenggam 100% saham IndoMet Coal dari BHP Billiton Ltd. Australia. Sebelumnya, ADRO menggelontorkan dana US$350 juta--US$400 juta untuk mengakuisisi 25% saham IndoMet Coal pada 2010 silam.
IndoMet Coal merupakan proyek yang terdiri dari tujuh kontrak karya batu bara yang berlokasi di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Tambang Haju yang terletak di kawasan Lahai Coal Kontrak Karya, memiliki kapasitas produksi 1 juta ton batu bara per tahun dan telah berproduksi sejak 2015.
Perjanjian jual beli saham tersebut termasuk juga pengambilalihan kepemilikan atas seluruh BHP Mineral Holdings Pte., Ltd., dan BHP Minerals Asia Pasific Pte., Ltd., pada Maruwai Coal, PT Juloi Coal, PT Kalteng Coal, Sumber Barito Coal, Lahai Coal, PT Ratah Coal dan PT Pari Coal.
Konsesi batu bara khususnya cooking coal terbilang berbeda dengan thermal coal yang selama ini ada di Indonesia. Umumnya, thermal coal dibutuhkan untuk power plant dengan kalori mencapai 6.500 kkal. Sedangkan, cooking coal memiliki kalori lebih dari 8.000 kkal untuk peleburan baja.
Selama ini, dominasi produk cooking coal dikuasai oleh Australia melalui BHP dan Rio Tinto. Sedangkan, di Indonesia, IndoMet Coal yang ditemukan oleh BHP dan Rio Tinto, juga menguasai produk cooking coal.