Bisnis.com, NUSADUA--Maraknya penambangan baik resmi maupun ilegal, diperkirakan akan membuat cadangan timah akan segera habis dalam kurun waktu 10 tahun mendatang.
Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi mengatakan prospek timah masih cerah dalam beberapa waktu ke depan. Kebutuhan logam industri ini bakal terangkat seiring perkembangan otomatisasi, komputerisasi hingga robotisasi yang terjadi di dunia.
Akan tetapi, masifnya penambangan timah sejak ratusan tahun lalu berpeluang menggerus cadangan timah di Indonesia. Diperkirakan, dalam waktu 10-15 tahun mendatang, cadangan timah domestik bakal habis.
Bachrul menjelaskan penambangan timah yang lebih tertata dapat menjaga stabilitas cadangan, terutama tata niaga yang lebih sustainable. Transaksi di ICDX dinilai dapat menjaga keberlangsungan industri logam tersebut.
Transaksi ICDX pada 2013 memperdagangkan 18.000 ton timah, kemudian meningkat menjadi 54.000 ton pada 2014. Selanjutnya terus meningkat menjadi 70.000 ton pada 2015 dan pada semester I/2016 mencapai 32.600 ton timah.
Dia yakin, harga timah akan kembali rebound pada 2-3 tahun mendatang seiring dengan pulihnya perekonomian global. Bahkan, rencana penaikkan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve, juga dapat mendorong peningkatan harga timah dunia.
"Kalau The Fed menaikkan suku bunga, indikasi perekonomian dunia membaik. Kalau pertumbuhan ekonomi positif, industri timah akan lebih cerah," katanya dalam Indonesia Tin Conference & Exhibition (ITCE) di Nusa Dua, Bali, Senin (19/9/2016).
Menurut dia, banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan harga timah dunia, seperti produksi timah, permintaan produk timah hingga stabilitas perekonomian dunia.
Sebagai produsen timah ke-dua terbesar di dunia, Indonesia harus memiliki peran yang strategis untuk bisa berkontribusi dalam proses pembentukan harga timah dunia. Sehingga industri timah Indonesia dapat lebih maju dan menjadi pemimpin di dunia.