Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas terjerembab seiring dengan menurunnya klaim pengangguran Amerika Serikat dan pelambatan penyaluran stimulus oleh Bank Sentral Eropa.
Meskipun demikian, bila data ekonomi Paman Sam memburuk, harga emas berpeluang menuju ke US$1.375 per troy ounce akibat melesunya prospek pengerekan suku bunga The Fed. Rapat Federal Open Market Committee (FOMC) terdekat akan berlangsung pada 20-21 September 2016.
Pada perdagangan Jumat (9/9/2016) pukul 19:26 WIB harga Gold Spot turun 1,48 poin atau 0,11% menjadi US$1.336 per troy ounce. Adapun emas Comex kontrak Desember 2016 menurun 1,2 poin atau 0,09% menjadi US$1.340,4 per troy ounce.
Simona Gambarini, commodities economist Capital Economics Ltd., mengatakan pidato Presiden European Central Bank (ECB) Mario Draghi perihal perlambatan prospek pemberian stimulus. Penetapan suku bunga yang rendah pun menjadi sentimen positif terhadap logam mulia.
Namun, data klaim pengangguran AS yang turun ke level terendah dalam tujuh minggu terakhir. Alhasil peluang pengerekan Fed Fund Rate (FFR) dalam sisa tahun 2016 semakin besar.
Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM, dalam publikasi risetnya, Jumat (9/9/2016) menyampaikan, emas memantul luar biasa pekan ini menuju US$1352 per troy ounce. Sejumlah data ekonomi AS yang tidak menggembirakan menjadi penyebabnya, sehingga mengikis harapan ekspektasi peningkatan suku bunga Fed pada September.
Logam mulia ini masih tetap sensitif terhadap spekulasi peningkatan suku bunga AS dan dapat semakin menguat apabila pasar semakin pesimis bahwa Fed akan meningkatkan suku bunga dalam waktu dekat.
Lukman melanjutkan, karena USD berpotensi tetap melemah, investor bullish mendapat dasar yang kuat untuk mengadakan aksi beli berulang kali. Apabila data domestik AS terus mengecewakan, emas berpeluang untuk melaju menuju US$1375 per troy ounce.