Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDEKS BEI Sepekan: IHSG Melonjak, Asing Pede Serbu RI

Meski Indeks harga saham gabungan terkoreksi 0,79%, investor asing masih percaya diri masuk ke lantai bursa Indonesia seiring dengan positifnya data-data perekonomian.
Pelemahan rupiah di pasar spot terjadi seiring dengan melemahnya mayoritas mata uang Asia terhadap dolar AS. /bISNIS.COM
Pelemahan rupiah di pasar spot terjadi seiring dengan melemahnya mayoritas mata uang Asia terhadap dolar AS. /bISNIS.COM

Bisnis.com, JAKARTA--Meski Indeks harga saham gabungan terkoreksi 0,79%, investor asing masih percaya diri masuk ke lantai bursa Indonesia seiring dengan positifnya data-data perekonomian.

William Surya Wijaya, Research Departement PT Asjaya Indosurya Securities, menuturkan pergerakan Indeks harga saham gabungan (IHSG) terkonsolidasi wajar setelah terjadi reli panjang dalam beberapa pekan terakhir.

"Kalau lihat capital inflow kencang, net buy sepekan Rp5,01 triliun menunjukkan bahwa kondisi perekonomian masih cukup menjanjikan bagi investor asing," ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Jumat (12/8/2016).

Pada perdagangan akhir pekan, IHSG ditutup terkoreksi tipis 0,77% sebesar 41,89 poin ke 5.377,19 meninggalkan level psikologis 5.400.

Setelah reli dalam lima pekan terakhir, IHSG minggu ini ditutup tertekan 0,79% sebesar 43,05 poin dari pekan lalu 5.420,24. Pelemahan sepekan IHSG merupakan sebuah anomali saat mayoritas bursa Asia Pasifik mengalami penguatan.

Memang, IHSG pada pekan lalu mencatatkan lonjakan tertinggi di dunia sejak awal tahun. Namun, IHSG pekan ini harus menyerah dari bursa Thailand. Bursa Thailand menjadi jawara dengan penguatan 20,54% yang dibuntutui IHSG dengan lompatan 17,07% year-to-date.

Meski terkoreksi, aliran modal dari investor asing masih terus mengguyur lantai bursa. Akhir pekan ini saja, investor asing melakukan beli bersih Rp682,49 miliar.

Sepanjang pekan, investor asing mencatat net buy Rp5,01 triliun dengan pembelian saham Rp19,78 triliun. Aksi net buy sepanjang pekan ini membuat beli bersih yang dicatatkan semakin menebal menjadi Rp37,52 triliun dengan pembelian sepanjang tahun berjalan Rp411 triliun.

William menjelaskan, reli panjang yang terjadi di lantai bursa membuat koreksi wajar pada pekan ini. Posisi investor asing yang masih cukup optimistis dengan tingkat kepercayaan diri tinggi, membuat capital inflow dalam jangka panjang terbilang menjanjikan.

"Hanya saja dengan kondisi harga komoditas kurang stabil, terutama minyak mentah. Meski sempat rebound, tapi kondisi minyak di level sekitar US$40 per barel, itu yang memang perlu diwaspadai," paparnya.

Pekan depan, pelaku pasar diperkirakan akan mencermati rilis neraca perdagangan. Dia memerkirakan, IHSG bakal menembus level psikologis tertinggi sepanjang sejarah 5.524 hingga akhir tahun ini.

Keyakinan itu didorong oleh tren masuknya investor asing ke Indonesia dan terjaganya pertumbuhan ekonomi. Terlebih, jika realisasi tax amnesty yang digadang-gadang pemerintah dapat dicapai.

Terpisah, Investment Specialist PT BNI Asset Management Akuntino Mandhany, menuturkan dari sisi internal kebijakan tax amnesty menjadi pemicu penguatan IHSG. Namun, efek kebijakan perlu ditelaah lebih lanjut terutama pada jumlah dan sektor tujuan investasi. "Kalau ke pasar saham kurang baik, karena bisa jadi bubble," ujarnya.

Menurut dia, sisi fundamental Tanah Air sudah terkonfirmasi membaik setelah rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal II/2016 sebesar 5,18%. Hal ini memicu optimisme proyeksi ekonomi ke depan bakal semakin positif.

Kendati demikian, membaiknya perekonomian belum terlalu terkonfirmasi dari rilis laporan keuangan emiten pada periode yang sama. Sebagai contoh, hasil laporan keuangan perbankan memang membaik, tetapi tingkat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) masih cukup tinggi.

Kemarin, rasio harga saham terhadap laba bersih (price to earning ratio/PE) mencapai 28,19 kali dari biasanya 17-19 kali. Kenaikan yang cukup tinggi menunjukkan peningkatan harga belum terlalu didukung pertumbuhan laba perusahaan.

"Ke depan kalau belum signifikan, bisa valuasinya jadi terlalu mahal," tuturnya.

Sementara itu, dari sisi eksternal IHSG didukung data ekspor dan impor China periode Juli 2016 yang cukup positif. Di sisi lain, penundaan pengerekan suku bunga acuan Fed Fund Rate oleh Federal Reserve, dari rencana sebelumnya pada pertengahan tahun, menjadi faktor penguat.

Adapun, dari pasar spot, nilai tukar rupiah pada akhir pekan terdepresiasi 0,11% sebesar 18 poin ke level Rp13.118 per dolar AS. Sepekan, rupiah terkoreksi 0,01% sebesar 1 poin dari level Rp13.117 per dolar AS pada pekan lalu.

Pelemahan rupiah di pasar spot terjadi seiring dengan melemahnya mayoritas mata uang Asia terhadap dolar AS. Adapun, kurs tengah Bank Indonesia dipatok melemah 0,05 poin ke level Rp13.120 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper