Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan harga minyak mentah dunia terpantau melemah menuju level terendah dalam dua bulan pada perdagangan hari ini, Senin (25/7/2016), di tengah kekhawatiran bahwa kelebihan produk olahan dan minyak mentah global akan membebani pasar untuk beberapa waktu ke depan.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak WTI kontrak Agustus berbalik melemah hingga 0,32% atau 0,14 poin ke US$44,05 per barel pada pukul 13.22 WIB, setelah dibuka naik tipis 0,02% atau 0,01 poin di posisi US$44,20.
Pada saat yang sama, patokan Eropa minyak Brent untuk kontrak September juga melemah hingga 0,39% atau 0,18 poin ke level US$45,51, setelah dibuka dengan kenaikan tipis di level 45,70.
Menurut beberapa paparan riset, seperti dikutip Reuters hari ini, kelebihan suplai yang berkelanjutan serta goncangan pada pertumbuhan ekonomi membebani minyak mentah.
“Permintaan minyak global pada Q3/16 tumbuh kurang dari sepertiga angka pertumbuhan pada Q3/15, terbebani oleh pertumbuhan ekonomi yang kurang bergairah,” tulis Barclays hari ini.
Ditambahkan oleh British bank, dukungan permintaan dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) telah memudar, sementara pertumbuhan dari China dan India telah melambat.
Morgan Stanley mengungkapkan bahwa terdapat peningkatan goncangan untuk paruh kedua tahun ini, yang berujung pada prediksi harga minyak yang lebih rendah. Hal itu menunjukkan pada stok minyak mentah AS yang elastis, penurunan permintaan untuk bahan bakar transportasi, dan kelebihan suplai oleh penyuling, khususnya bensin.
“Akibatnya, permintaan minyak mentah dari kilang kurang dari yang diharapkan dibandingkan permintaan produk dengan margin yang lebar,” papar U.S. bank, seraya menambahkan bahwa bertumbuhnya risiko ekonomi menambah risiko penurunan untuk minyak.
Di sisi lain, penguatan dolar AS dan kenaikan jumlah rig minyak AS pada minggu keempat juga membebani harga.