Bisnis.com, JAKARTA--Harga batu bara menembus level tertinggi sejak Juli 2015 seiring dengan berkurangnya produksi China sebagai konsumen dan produsen terbesar di dunia. Di sisi lain, impor Negeri Panda diprediksi bakal terus meningkat.
Pada penutupan perdagangan Rabu (13/7/2016) harga batu bara kontrak Juli 2016 di bursa Rotterdam naik 0,5 poin atau 0,87% menuju US$58,20 per ton. Angka tersebut merupakan level tertinggi sejak Juli 2015 dan membuat kenaikan harga sepanjang tahun berjalan mencapai 34,72%.
Data Administrasi Umum di Beijing melaporkan pada Rabu (13/7), China sebagai konsumen batubara terbesar meningkatkan impor Juni sebesar 21,75 juta ton atau level tertinggi sejak Desember 2014.
Hasil tersebut membuat pengiriman ke dalam negeri di semester I/2016 menjadi 108 juta ton atau bertumbuh 8,2%, dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang terkoreksi 38%.
Deng Shun, analis ICIS China, menuturkan permintaan impor batubara akan terus meningkat karena pemerintah mengarahkan industri penambangan domestik mengurangi operasi. Langkah ini bertujuan mengurangi kelebihan kapasitas komoditas tersebut.
Secara tahunan (yoy), produksi batu hitam nasional menurun 15,5% pada Mei 2016, atau posisi terendah dalam 12 bulan terakhir. "Impor batubara China bakal meningkat karena pengurangan produksinya membuat pasokan terkoreksi," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (14/7/2016).
Wahyu Tribowo Laksono, Analis Komoditas Central Capital Futures, menuturkan Pemerintah China akan menghapus 500 juta ton kapasitas produksi batu hitam dalam 3-5 tahun ke depan. Perizinan semua proyek baru juga akan dihentikan sebagai upaya mengurangi polusi.
Sentimen dari negara produsen sekaligus konsumen terbesar itu mendorong harga ke level tertinggi baru sepanjang 2016. Meskipun demikian, ke depannya harga masih rentan terkoreksi.