Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang pound sterling (GBP) bangkit menuju posisi tertinggi dalam dua minggu terakhir seiring dengan rencana otoritas setempat memulihkan perekonomian dalam negeri pasca Brexit.
Pada perdagangan Senin (4/7/2016) pukul 14:20 WIB pasangan GBP-USD bertumbuh 0,14% atau 0,0019 poin menuju 1,3286. Sementara, indeks dolar terpantau menghijau tipis 0,01% menuju 95,658.
Imzre Speizer, Market Strategiest Westpac Banking Corp., menyampaikan pound berhasil reli terhadap dolar AS dalam tiga hari berturut-turut akibat rencana pemulihan ekonomi dalam negeri. Sebelumnya, bursa dan mata uang Inggris anjlok setelah kerajaan memutuskan berpisah dari Uni Eropa.
Menteri Keuangan Britania Raya George Osborne menyatakan akan memberlakukan pajak perusahaan yang lebih rendah. Sementara, Gubernur Bank of England Mark Carney bakal menguraikan kebijakan-kebijakan yang diambil bank sentral pada Selasa (5/7/2016).
Osborne berencana menurunkan tingkat pajak perusahaan hingga 15% untuk menggeliatkan investasi di Inggris. Level ini bahkan lebih rendah dibandingkan Irlandia sebanyak 12,5%. Saat ini, Inggris memiliki tingkat pajak 20% untuk bisnis yang sebelumnya dijadwalkan akan turun menjadi 17% pada 2020.
"Pasar merespons positif langkah-langkah terbaru dari pemerintah maupun BoE untuk memulihkan perekonomian. Namun, pound yang rendah juga diperlukan untuk menyeimbangkan perekonomian Inggris Raya," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (4/7/2016).
Secara teknikal, grafik GBP-USD menunjukkan oversold, setelah jatuh ke level terendah lebih dari 30 tahun terakhir pada pekan lalu. Micaella Feldstein, Technical Analyst Natixis, menuturkan bila pasangan GBP-USD menembus 1,3130 maka ada peluang kenaikan lebih tinggi. Namun, harga belum akan melebihi level 1,3550.