Bisnis.com, JAKARTA--Mata uang pound sterling naik untuk pertama kalinya sejak putusan referendum Inggris seiring dengan adanya pertemuan Uni Eropa dan terkoreksinya dolar dan yen. Namun, sejumlah analis memprediksi harga GBP tetap bergerak dinamis.
Pada perdagangan Selasa (28/6) pukul 17:10 WIB pasangan GBP-USD naik 0,0112 atau 0,85% menuju 1,3337. Indeks dolar terpantau merosot 0,76 poin atau 0,79% menuju 95,784. Sementara itu, pasangan JPY-USD terkoreksi 0,29 poin atau 0,28% menuju 102,29 per dolar AS.
Putu Agus Pransuamitra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, menuturkan ada dua faktor yang membuat GBP menghijau, yakni rebound teknikal setelah penurunan begitu tajam dan optimisme pasar terkait pertemuan para menteri luar negeri di Uni Eropa membahas risiko Brexit.
"Pertemuan sejak hari ini hingga besok masih membahas risiko Brexit dan upaya untuk menenangkan pasar," tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (28/6/2016).
Dalam jangka pendek, pound sterling masih cenderung dinamis meski masih berpeluang rebound dalam beberapa hari ke depan. Secara teknikal, rentang harga GBP-USD sepekan ialah 1,30-1,36 per dolar AS.
Adapun mata uang yen berpeluang melemah dalam pekan ini akibat intervensi dari pemerintah ataupun bank sentral. Namun, Bank of Japan (BoJ) diperkirakan baru akan menggelontorkan stimulus pada bulan depan. Putu memprediksi pergerakan harga yen dalam sepekan ini berada di rentang 100-104 per dolar AS.
Masafumi Yamamoto, Chief Currency Strategist Mizuho Securities Co., menyampaikan setelah terjadi volatilitas pasar sejak Jumat (24/6) akibat Brexit, pound terjatuh sangat dalam. Di sisi lain, mata uang dolar dan yen yang dianggap sebagai aset lindung nilai meroket tajam.
Menurutnya, kenaikan GBP saat ini hanya sementara karena pasar masih mewaspadai guncangan susulan setelah hasil Brexit. "Belum ada informasi tambahan tentang apa yang akan terjadi, sehingga tidak ada perubahan dalam situasi fundamental," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg.
Meskipun demikian, kenaikan yen dinilai mengkhawatirkan karena berimbas mengurangi biaya impor Negeri Sakura sekaligus membuat ekspor kurang kompetitif. Target inflasi 2% dari Bank of Japan pun semakin jauh panggang dari api.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan telah memerintahkan Menteri Keuangan Taro Aso untuk bekerja sama dengan BoJ dalam memantau pasar keuangan. Langkah ini bertujuan menstabilkan kondisi pasar.
Etsuko Yamashita, Chief Economist Sumitomo Mitsui, menuturkan intervensi dari pemerintah dan bank sentral akan membuat pelaku pasar mewaspadai pergerakan yen. Kecuali ada tambahan berita negatif soal Brexit, ada kemungkinan yen bergerak di kisaran 100-105 per dolar AS.
Emirates NBD dalam publikasi risetnya (28/6) menuliskan, kemarin menjadi momen pertama kalinya pound menanjak setelah pengumuman referendum akibat adanya perbaikan di pasar internal. Namun, dalam sepekan ini ruang koreksi GBP masih cukup terbuka.
Pasar juga akan mengalihkan perhatian kepada Paman Sam yang akan melakukan revisi ketiga terkait PDB kuartal I/2016 yang diperkirakan bertumbuh 1% (qoq) dari proyeksi sebelumnya 0,8%. Sementara indeks konsumsi pribadi diprediksi menunjukkan kenaikan 2% dalam periode yang sama.