Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Poundsterling Raih Tertinggi Baru 2016

Mata uang poundsterling naik ke level tertinggi baru sepanjang 2016 seiring dengan dilaksanakannya referendum yang menentukan posisi Inggris di Uni Eropa.
Poundsterling. /Reuters
Poundsterling. /Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang poundsterling naik ke level tertinggi baru sepanjang 2016 seiring dengan dilaksanakannya referendum yang menentukan posisi Inggris di Uni Eropa.

Pada perdagangan Kamis (23/6/2016) pukul 18:35 WIB nilai tukar GBP-US$ menguat 0,0192 atau 1,31% menuju 1,4899 per dolar AS. Artinya, sepanjang tahun berjalan harga naik 1,09%.

Dalam waktu yang sama, indeks dolar menurun 0,480 poin atau 0,51% menuju 93,236. Angka tersebut menunjukkan harga sudah merosot 5,48% sepanjang 2016.

Poundsterling cenderung bergerak volatil akibat rencana Inggris keluar dari Uni Eropa atau British Exit (Brexit). Keputusan menetap atau berpisah akan dilakukan melalui referendum pada Kamis-Jumat (23-24/6).

Setelah mencapai GBP-USD mencapai 1,7 per dolar AS pada pertengahan 2014, harga pound sterling terus meluncur ke area 1,5 per dolar AS. Dalam dua pekan terakhir, harga malah sempat anjlok ke 1,41 per dolar AS ketika sentimen British Exit atau Brexit mendominasi.

Namun, sejumlah riset terbaru menunjukkan British Remain atau Bremain unggul atas Brexit, walaupun masih belum mencerminkan kondisi riil referendum.

Jameel Ahmad, Chief Market Analyst Forextime, menuturkan risiko atas Brexit menekan harga pound sterling seiring ancaman Inggris berpisah dari Uni Eropa. Namun, pekan ini GBP mengalami pemulihan akibat ekspektasi Bremain meningkat.

Jika referendum memutuskan Bremain sesuai ekspektasi pasar global, maka dapat menjadi landasan positif bagi pound mendekati 1,48 per dolar AS untuk melanjutkan kenaikan. Meskipun demikian, harga masih sulit menembus level 1,51 per dolar AS.

"Sebaliknya jika Inggris memilih keluar dari Uni Eropa, mata uang pound akan sangat anjlok," paparnya melalui surat elektronik kepada Bisnis.com, Kamis (23/6/2016).

Investor merasa sentimen referendum mendominasi kenaikan GBP, karena secara fundamental ekonomi Inggris belum mengalami perbaikan. Faktor referendum juga menjadi alasan Bank of England (BoE) dipercaya tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.

Selain isu Brexit, sambung Jameel, investor juga bisa melihat sentimen penggerak GBP lainnya seperti pertumbuhan ekonomi Inggris dan global, ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed yang terus mundur, dan pergerakan dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper