Bisnis.com, JAKARTA--Pengesahan Undang-Undang Pengampunan Pajak diproyeksi bakal melambungkan nilai tukar rupiah dan Indeks harga saham gabungan lantaran konversi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah.
Akuntino Mandhany, Investment Specialist PT BNI Asset Management, mengatakan sentimen pengesahan UU pengampunan pajak alias tax amnesty bakal berbenturan dengan tekanan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Bitish Exit/Brexit). Namun, sentimen positif didukung oleh pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI Rate).
"BI melihat adanya spread antara Indonesia dan Federal Reserve. Ketika The Fed mempertahankan, BI memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga," katanya saat dihubungi Bisnis.com, Minggu (19/6/2016).
Sepanjang pekan lalu, Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi 0,27% sebesar 12,91 poin ke level 4.835,14. Sedangkan, perdagangan akhir pekan, IHSG ditutup menguat 0,43% sebesar 20,75 poin dari hari sebelumnya 4.825,72.
Investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih senilai Rp151,72 miliar sepanjang pekan lalu. Aksi pembelian saham oleh investor asing mencapai Rp10,47 triliun.
Capaian pekan lalu membuat perolehan net buy investor asing semakin menebal menjadi Rp6,64 triliun year-to-date. Total transaksi investor asing sepanjang tahun berjalan sebesar Rp291 triliun dan domestik Rp356,1 triliun.
Akuntino menilai pelaku pasar masih menghawatirkan Brexit. Sehingga, IHSG bergerak cenderung lebih sideways sebagai antisipasi adanya sentimen global, terutama dari Brexit.
Pekan ini, IHSG diproyeksi bakal bergerak sideways lantaran mendekati lebaran. Investor diperkirakan akan mengurangi transaksi menjelang lebaran meskipun mereka juga menata portofolio sebelum paruh pertama tahun ini berakhir.
Menurut dia, IHSG setelah lebaran juga diproyeksi akan bergerak mendatar lantaran belum adanya kepastian penaikkan suku bunga dari The Fed. Saham-saham yang bisa dipilih seperti perbankan, properti, dan otomotif.
Penurunan BI Rate diproyeksi akan membuat bunga kredit terpangkas dan mendorong saham-saham perbankan menguat. Sedangkan, relaksasi aturan uang muka (loan to value/LTV) diperkirakan membuat emiten properti bakal kian diburu.
"Relaksasi dalam jangka panjang sektor otomotofit. Saham yang harus dihindari adalah perminyakan dan komoditas," tuturnya.
Sementara itu, nilai tukar rupiah untuk sementara akan menguat lantaran batalnya capital outflows setelah The Fed menunda penurunan suku bunga. Namun, penguatan rupiah akan kian kokoh bila UU Tax Amnesty telah disahkan oleh DPR.
UU Tax Amnesty, sambungnya, tinggal memasuki tahap akhir untuk disahkan. Diperkirakan akan ada dana minimal Rp500 triliun yang masuk ke Indonesia dan bakal dikonversi ke rupiah.
Pekan lalu, kurs rupiah ditutup menguat 0,34% sebesar 45 poin ke level Rp13.339 per dolar AS di pasar spot. Sedangkan, kurs tengah Bank Indonesia pada akhir pekan ditutup terdepresiasi 0,23% ke level Rp13.358 per dolar AS.
Berkebalikan, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo, mengaku pesimistis terhadap keberhasilan UU Tax Amnesty. Namun, bila UU Tax Amnesty ini berhasil, diperkirakan akan ada dana yang membanjiri pasar keuangan Tanah Air.
"Sebenarnya DPR sedang mencari aman dan berhitung, efeknya buat mereka bagaimana," ucapnya.
Dia menilai, pelaku pasar masih menunggu keputusan Brexit yang akan digelar pada 23 Juni mendatang. Dua pekan terakhir, pelaku pasar terbilang tegang seiring dengan adanya isu Brexit dan Indeks Dow Jones melakukan profit taking.
IHSG diproyeksi akan bergerak naik hingga menuju 5.200 lantaran akhir pekan berhasil ditutup di atas level resistance 4.800. Posisi saat ini, IHSG masih berkonsolidasi menantikan kejelasan Brexit dan The Fed.
Adapun, pemangkasan BI Rate dinilai menjadi sebuah langkah yang berani dilakukan oleh bank sentral. Pasalnya, Bank of Japan memutuskan tidak menurunkan bunga, dan The Fed menunda penaikkan Fed Fund Rate (FFR).
Pekan ini, IHSG diproyeksi bergerak pada level resitance 4.925 dan support 4.750. Saham-saham properti, konstruksi, dan perbankan diproyeksi bakal menguat sepanjang pekan ini.
Nilai tukar rupiah, diproyeksi bergerak berfariasi yang lebih lebar. Support rupiah di level Rp13.200 per dolar AS dan resistance Rp13.500 per dolar AS hingga Rp13.700 per dolar AS.