Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan harga tembaga berlanjut pada perdagangan hari ke-3, Rabu (4/5/2016).
Komoditas logam tersebut diperdagangkan melemah 0,63% atau 1,4 poin ke US$220,05 per pound pada pukul 13.51 WIB, setelah dibuka melemah sebesar 0,34% atau 0,75 poin ke US$220,70 per pound di awal perdagangan.
Pada perdagangan Selasa (3/5/2016), harga tembaga ditutup dengan pelemahan tajam sebesar 2,08% atau 4,70 poin ke US$221,45 per pound.
Seperti dilansir Bloomberg (Selasa, 3/5/2016), kemerosotan harga tembaga di pasar global dibayangi kekhawatiran akan penurunan permintaan untuk logam menyusul kelesuan data manufaktur di seluruh dunia.
Di China, kegiatan manufaktur berkontraksi pada bulan ke-14 di April, sedangkan data minggu ini menunjukkan pertumbuhan manufaktur AS yang menurun. Indeks serupa di U.K. juga tiba-tiba menyusut untuk pertama kalinya dalam tiga tahun pada bulan April.
Di Australia, salah satu produsen logam terbesar, pemangkasan suku bunga melemahkan mata uang dolarnya dan meningkatkan daya tarik ekspornya.
“Kekecewaan terhadap data manufaktur mungkin jadi salah satu alasan, namun pemangkasan tingkat suku bunga yang tidak terduga di Australia juga dapat jadi faktor penyebab,” kata Head of Commodities Commerzbank AG Eugen Weinberg.
Pergerakan tembaga di Comex Commodity Exchange untuk kontrak Mei 2016:
Tanggal | Level | Perubahan |
4/5/2016 (Pukul 13.51 WIB) | 220,05 | -0,63% |
3/5/2016 | 221,45 | -2,08% |
2/5/2016 | 226,15 | -0,77% |
29/4/2016 | 227,90 | +2,45% |
28/4/2016 | 222,45 | +0,36% |
Sumber: Bloomberg