Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah diperkirakan kembali tertekan dalam jangka pendek.
Ekonom Samuel Sekiuritas Rangga Cipta menilai hal tersebut terjadi seiring dengan kembalinya penguatan dolar AS dan melemahnya harga minyak.
Sementara itu, keputusan BI mempertahankan BI rate di 6,75% sudah sesuai dengan perkiraan pasar. BI menunjukkan optimisme bahwa pelonngaran moneter akan diikuti oleh penurunan bunga kredit dalam waktu dekat.
"Walaupun akan sulit, menurut kami, tanpa perbaikan harga komoditas. Penguatan rupiah juga mulai jenuh," paparnya dalam riset.
Adapun bank sentral Eropa (ECB) semalam memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan dan jumlah stimulus yang diberikan sembari melempar kritik ke pemerintah Uni Eropa bahwa stimulus fiskal juga penting bagi prospek perekonomian.
Harga minyak mengakhiri penguatannya tetapi hanya turun tipis, di sisi lain dollar index berhasil menguat walau hanya tipis setelah jobless claims turun dratis ke 247 ribu.
"Pagi ini ditunggu indeks manufaktur Jepang yang diperkirakan membaik sementara di sore hari ditunggu indeks manufaktur Zona Euro yang juga diperkirakan naik," tambahnya.