Bisnis.com, JAKARTA— PT Indomitra Securities memprediksi pasar obligasi masih berpotensi menguat terbatas seperti kemarin Kamis (31/3/2016).
“Setelah dibuka menguat tipis, pasar obligasi hari ini bergerak dengan potensi menguat terbatas. Penguatan tersebut terdorong oleh pelemahan rupiah dan harga minyak pada pembukaan,” ujar Head of Fixed Income Division PT Indomitra Securities Maximilianus Nico Demus dalam risetnya hari ini, Kamis (31/3/2016).
Dia mengemukakan rupiah dibuka melemah tipis ke harga Rp13.278 per dolar AS dibandingkan penutupan kemarin sore, diikuti dengan melemahnya harga minyak WTI pagi ini di angka US$38,30 per barel.
Tidak hanya itu saja, penurunan harga BBM premium dan solar sebesar Rp500 per liter per 1 April 2016 juga dapat memberikan indikasi positif untuk menekan ekpektasi inflasi.
“Penguatan yang terjadi kemarin dapat memberikan indikasi ruang penguatan untuk hari ini meskipun terbatas,” terangnya.
Dia juga mengatakan total transaksi naik, namun total frekuensi turun dibandingkan hari sebelumnya. Total transaksi didominasi oleh obligasi berdurasi 10 – 15 tahun, diikuti dengan 1 – 3 tahun dan 15 – 20 tahun. “Sisanya merata di semua tenor dari pendek hingga panjang,” jelasnya.
Dampak positif dari Paket Kebijakan XI yang membuat rupiah menguat juga memberikan dorongan kepada pasar obligasi dalam negeri, meskipun tetap harus waspada akan adanya penurunan kembali.
Imbal hasil obligasi Zona Amerika ditutup bergerak bervariasi. Kenaikkan imbal hasil tertinggi dipimpin oleh Brazil diikuti oleh Kanada. Imbal hasil UST pun ditutup naik tipis menjadi 1,81. Indeks dolar AS ditutup naik tipis dibandingkan hari sebelumnya.
Begitupun dengan wilayah Zona Eropa sendiri, bergerak bervariasi. Sedangkan wilayah Asia Pasifik, imbal hasil ditutup turun. Obligasi 10 tahun mengalami penurunan imbal hasil diangka 7,72, dibandingkan hari sebelumnya 7,85.