Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah menilai pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi sepekan belakangan bersifat temporer. Pasalnya, posisi fundamental rupiah dianggap berada pada posisi Rp12.500-Rp12.700 per dolar AS.
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan pergerakan rupiah dalam seminggu terakhir tidak berbasis pada pergerakan fundamental, melainkan pada rumor dan persepsi semata.
Dia menambahkan penguatan rupiah yang terjadi sejak akhir Februari 2016 kian mendekat dengan posisi fundamental nilai tukar rupiah. Darmin menyampaikan, pelemahan rupiah mayoritas disebabkan oleh prediksi pasar terhadap manuver moneter di negara-negara maju.
"Namanya juga pasar, jangan selalu diambil hati. Tapi, pemerintah memang harus selalu mengantisipasi pergerakan pasar, kenapa kok kurs melemah, ya lihat saja kurs negara berkembang lain melemah terhadap dolar AS. Berarti mengikuti irama," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (28/3/2016).
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) merekam, nilai tukar rupiah pada Senin (28/3) Rp13.323 per dolar Amerika Serikat tergerus 2,3% dari titik terkuat tahun ini pada14 Maret 2016 yang dipatok Rp13.020 terhadap greenback.
Namun, baik secara month-to-date (mtd) maupun year-to-date (ytd), kurs rupiah kemarin masih dicatat menguat, masing-masing dari Rp13.395 per dolar AS atau 0,5% mtd dan 3,42% ytd dari posisi akhir tahun lalu Rp13.795 per dolar AS.
Menko Perekonomian menuturkan, rupiah kemungkinan bisa kembali menguat karena adanya sentimen penyesuaian harga BBM, yang rencananya akan dieksekusi oleh pemerintah pada penghujung bulan ini.