Bisnis.com, JAKARTA— PT Indomitra Securities memperkirakan pasar obligasi berpotensi flat menunggu hasil FOMC meeting, Fed Rate serta BI Rate.
“Pagi ini pasar obligasi berpotensi flat menunggu data ekonomi yang ke luar,” papar Head of Fixed Income Division PT Indomitra Securities Maximilianus Nico Demus dalam risetnya hari ini, Rabu (16/3/2016).
Dia mengemukakan rupiah dibuka melemah lagi pagi ini di level Rp13.177 per dolar AS begitu juga pelemahan penutupan harga minyak di level US$36 per barel. Dengan adanya pelemahan beberapa indikator ekonomi tersebut, para pelaku pasar dan investor beralih kepada hasil FOMC meeting dan masih pesimistis terhadap kenaikkan Fed Rate.
“Selain itu juga fokus pada pengumuman BI Rate yang berpotensi kembali turun sebesar 25 bps, mengingat rupiah yang stabil, penguatan harga minyak, dan inflasi yang terkendali,” ucapnya.
Dia mengungkapkan apabila BI Rate diturunkan kembali, tentu hal ini menjadi katalis positif bagi pasar obligasi.
Dia mengemukakan porsi kepemilikan asing juga masih menunjukkan tanda penurunan, namun harga obligasi masih menunjukkan penguatan. Hal ini dapat diindikasikan bahwa investor lokal mulai aktif masuk ke pasar SUN, sehingga penguatan harga masih tetap dapat terjaga.
Efektifitas peraturan OJK mengenai Lembaga Keuangan Non Bank harus menyimpan 20% dalam bentuk SUN juga mulai terlihat. Ruang penguatan obligasi dan rupiah masih terlihat dalam beberapa hari ke depan.
Imbal hasil obligasi Zona Amerika di tutup bergerak naik, kenaikkan imbal hasil tertinggi di pimpin oleh Venezuela, diikuti dengan Brazil. Imbal hasil UST pun di tutup naik menjadi 1,96. Dollar Index sendiri naik tipis dibandingkan hari sebelumnya.
Di Zona Eropa sendiri semua negara di Eropa mengalami kenaikkan imbal hasil. Untuk wilayah Asia Pasifik, imbal hasil bergerak bervariasi.
Untuk Indonesia, obligasi 10 tahun mengalami kenaikkan imbal hasil di angka 7,76, dibandingkan hari sebelumnya 7,74. Total transaksi dan total frekuensi naik dibandingkan hari sebelumnya. Total transaksi didominasi oleh obligasi berdurasi 5 – 7 tahun, diikuti dengan 15 – 20 tahun dan 20 – 25 tahun. Sisanya merata di semua tenor termasuk lebih dari 25 tahun. Lelang yang diadakan Pemerintah kemarin pun masih menyerap di bawah target maksimalnya namun tetap di atas dari target indikatif. Tingginya yield yang dimenangkan oleh pemerintah membuat pasar obligasi terkoreksi hingga pagi ini.