Bisnis.com, JAKARTA - Dua anak usaha badan usaha milik negara (BUMN) yang telah melantai di pasar modal membukukan kinerja berkebalikan pada tahun lalu. Laba bersih PT Wijaya Karya Beton Tbk. ambruk, saat capaian PT PP Properti Tbk. melesat tinggi.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan PT PP Properti Tbk. pada Jumat (4/3/2015), disebutkan laba bersih emiten berkode PPRO itu melesat 183% menjadi Rp300 miliar pada 2015, dari tahun sebelumnya Rp106,12 miliar.
Pendapatan yang berhasil dikantongi oleh anak usaha PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. (PTPP) itu mencapai Rp1,5 triliun pada 2015, melompat 171% dari tahun sebelumnya Rp554,97 miliar.
Penjualan realti yang dicapai PP Properti meroket 190% menjadi Rp1,38 triliun dari Rp474,9 miliar. Sedangkan, pendapatan properti melonjak 55,6% menjadi Rp124,61 miliar dari Rp80,06 miliar.
Pada saat bersamaan, beban pokok yang ditanggung oleh PPRO juga melonjak 167% menjadi Rp1,05 triliun dari Rp395,08 miliar. Namun, laba kotor yang diraup PPRO tetap melesat 180% menjadi Rp447,82 miliar dari Rp159,88 miliar.
Laba usaha yang diperoleh PPRO melonjak 178,7% menjadi Rp385,49 miliar dari Rp138,3 miliar. Laba sebelum pajak meningkat tajam 184,4% menjadi Rp372,73 miliar dari Rp131,04 miliar.
Sementara, laba tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan melonjak 183% menjadi Rp300,3 miliar dari Rp106,12 miliar. Laba per saham dasar juga melesat 140% dari Rp11,62 menjadi Rp27,89.
Per 31 Desember 2015, total aset PP Properti melonjak 94,7% menjadi Rp5,31 triliun dari Rp2,73 triliun. Sedangkan, liabilitas bertambah 64% menjadi Rp2,8 triliun dari Rp1,69 triliun dan ekuitas melesat 144% menjadi Rp2,51 triliun dari Rp1,03 triliun.
Berkebalikan, PT Wijaya Karya Beton Tbk. (WTON) justru terpuruk dengan capaian laba bersih Rp173,87 miliar atau ambruk 47,2% year-on-year dari tahun sebelumnya Rp329,81 miliar.
Pendapatan yang dikantongi oleh anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) itu melorot 19% menjadi Rp2,65 triliun pada 2015 dari sebelumnya Rp3,27 triliun.
Saat bersamaan, beban pokok penjualan hanya terkoreksi 16,7% menjadi Rp2,32 triliun dari Rp2,79 triliun. Sehingga, laba kotor WTNO amblas 32,5% menjadi Rp328,58 miliar dari Rp487,09 miliar.
Laba usaha yang diraup WTON pada tahun lalu juga melorot 41,87% menjadi Rp238,43 miliar dari Rp410,2 miliar. Laba sebelum pajak terkoreksi tajam 50% menjadi Rp206,05 miliar dari Rp412,82 miliar.
Untuk itu, laba tahun berjalan yang diraup WTON ambrol 46,9% menjadi Rp171,78 miliar dari Rp323,7 miliar. Laba per saham dasar juga ambruk 47,2% menjadi Rp19,95 dari Rp37,84.
Per 31 Desember 2015, total aset Wika Beton meningkat 17,1% menjadi Rp4,45 triliun dari Rp3,8 triliun. Liabilitas melonjak 37% menjadi Rp2,19 triliun dari Rp1,6 triliun dan ekuitas hanya naik 2,7% menjadi Rp2,26 triliun dari Rp2,2 triliun.
Adapun, pada perdagangan Kamis (3/3/2016), saham WTON turun 2,07% sebesar 20 poin ke level Rp945 per lembar dengan return 14,55% year-to-date. Sedangkan, saham PPRO terkoreksi 0,50% sebesar 1 poin ke level Rp198 per lembar dengan return 11,24% ytd.
Kapitalisasi pasar masing-masing emiten tersebut mencapai Rp8,23 triliun untuk WTON, dan Rp2,78 triliun untuk PPRO. Sejak penawaran perdana (initial public offering/IPO), saham PPRO hanya naik tipis 7% dari Rp185 menjadi Rp198 per lembar, sedangkan WTON melesat 63% dari Rp590 menjadi Rp965 per lembar, akhir pekan lalu.