Bisnis.com, JAKARTA- Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi kurs rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Senin (22/2/2016) mampu mengatasi penguatan dolar AS.
“Secara umum dolar masih akan mendapatkan momentum penguatan di Asia, seiring dengan pelemahan harga minyak mentah serta naiknya inflasi AS. Akan tetapi rupiah berpeluang tetap stabil dengan dorongan penguatan paling tidak untuk mengoreksi kepanikan yang terjadi pada perdagangan Jumat,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Senin (22/2/2016).
Dikemukakan inflasi tahunan AS diumumkan naik tajam, hampir dua kali lipat dari angka bulan Desember 2015.
Walaupun itu, ujarnya, tidak serta merta meningkatkan peluang kenaikan Fed Fund Rate (FFR) target yang agresif dalam waktu dekat, kenaikan inflasi tetap memengaruhi investor.
“Jika inflasi AS sudah naik, ketika perekonomian global dan harga minyak puliih maka kenaikan FFR target yang signifikan tidak akan terhindarkan,” kata Rangga.
Imbal hasil US Treasury 10 tahun naik tipis hingga Sabtu dini hari. Sementara itu harga minyak mentah turun drastis pada penutupan perdagangan minggu lalu, setelah investor meragukan kesepakatan OPEC untuk menahan produksi minyaknya.
Indeks manufaktur Zona Euro dan AS ditunggu sore dan malam nanti diperkirakan sedikit membaik.
Kemarin, ujarnya, di tengah penurunan tajam IHSG dan kenaikan imbal hasil, rupiah hanya melemah tipis pada perdagangan Jumat.
Itu juga terjadi ketika dollar menguat tajam terhadap mayoritas kurs di Asia.
“Sentimen positif yang dihasilkan dari pemangkasan BI rate ternyata tertutupi oleh aksi panik investor, merespons kabar rencana intervensi pemerintah terhadap suku bunga serta marjin perbankan,” kata Rangga.