Bisnis.com, JAKARTA— Samuel Sekuritas Indonesia mengemukakan kurs rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Selasa (9/2/2016) dipengaruhi sejumlah sentimen.
“Ruang penguatan rupiah terlihat terbuka pada minggu ini. Mayoritas kurs Asia masih menguat terhadap dolar ketika pasar Indonesia tutup Senin kemarin,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Selasa (9/2/2016).
Dikemukakan fokus domestik akan beralih perlahan ke potensi pemangkasan BI Rate lanjutan, serta keputusan pemerintah terhadap proyek kereta cepat.
Rangga mengatakan rupiah kembali menguat walaupun tipis pada penutupan Jumat sore. Pertumbuhan PDB kuartal IV/2015 yang naik hingga 5,04% YoY, jauh di atas harapan pasar, berhasil mengangkat optimisme terhadap aset berdenominasi rupiah.
Faktor global yang terus mendorong pelemahan indeks dolar, ujarnya, juga ikut mendukung. Walaupun penurunan harga minyak mentah masih menjadi penghalang utama penguatan rupiah yang drastis.
“Cadangan devisa Januari 2016 yang turun drastis juga berpotensi mengurangi ruang penguatan rupiah,” kata Rangga.
Jika cadangan devisa turun, tambahnya, penguatan rupiah semenjak awal tahun bisa jadi dibantu oleh pasokan dolar Bank Indonesia.
Rangga mengatakan sejak akhir minggu lalu, indeks dolar terus menunjukkan sentimen pelemahannya, hingga dini hari tadi akhirnya ditutup di kisaran 96.
Anjloknya pertambahan tenaga kerja non-pertanian di Jum’at malam ternyata meningkatkan pesimisme terhadap prospek pertumbuhan AS.
Imbal hasil UST 10 tahun sudah turun hingga 1,75%, seiring dengan tergerusnya harapan kenaikan FFR target lanjutan.
“Harga minyak masih turun menandakan bahwa selisih antara pasokan dan permintaan masih berlebih. Pelemahan indeks dolar berpeluang menjaga sentimen penguatan kurs di Asia,” kata Rangga.