Bisnis.com, LONDON--Tembaga memimpin kenaikan harga industri logam seiring perbaikan neraca perdagangan China sebagai konsumen terbesar di dunia.
Malcolm Freeman, Director West Malling Kingdom Futures Ltd. di London menuturkan, data perdagangan China untuk Desember memicu pemulihan harga dalam jangka pendek.
"Trader dapat melepas lelah sementara setelah sebelumnya berkutat dalam posisi negatif," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (13/1/2016).
Berdasarkan data indeks Bloomberg, harga tembaga pada Rabu (13/1) pukul 19:20 WIB naik menjadi US$196,70 per pon dari penutupan perdagangan kemarin senilai US$195,90 per pon.
Adapun harga pada Selasa (12/1) mencapai level terendah sejak 6 April 2009, dimana harga saat itu berada di posisi US$195,5 per pon.
Otoritas bea cukai China menyampaikan, impor bijih tembaga dan konsentrat naik 13% menjadi 13,29 juta ton tahun lalu.
Pembelian tembaga pada Desember pun mencatatkan transaksi sebagai logam tertinggi kedua, yakni 530.000 ton. Namun, dalam setahun penuh jumlah itu turun o,3% menjadi 4,81 juta ton.
Sementara itu, data London Metal Exchange menunjukkan harga alumunium naik US$1.454,5 per ton, seng naik 0,5%, dan timah terdongkrak 0,2%.