Bisnis.com, JAKARTA-- Otoritas bursa telah menerima klarifikasi dari PT Rimo International Lestari Tbk. (RIMO) tentang pembeli siaga right issue perseroan senilai Rp7,52 triliun.
Samsul Hidayat, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia, mengatakan persoalan yang mengganjal rencana right issue RIMO adalah kejelasan soal pembeli siaga (stand by buyers) emiten sektor ritel itu.
"Sekarang mereka sudah jelaskan, artinya kelihatan siapa stand by buyers-nya. Kalau memang dulu masalahnya itu sepertinya ini sudah terselesaikan," ujarnya kepada Bisnis di gedung BEI, Kamis (7/1).
Setelah menyampaikan klarifikasi, identitas dan legalitas stand by buyers penawaran umum terbatas RIMO akan diverifikasi oleh konsultan hukum yang ditunjuk. "Itu tugasnya konsultan hukum," imbuh Samsul.
Apabila sudah mendapat persetujuan OJK, otoritas bursa akan mencatat penambahan jumlah saham RIMO di papan perdagangan yang selanjutnya akan didistribusikan oleh KSEI.
Dalam klarifikasi yang disampaikan kepada BEI pada Rabu (6/1) malam, RIMO menyampaikan penjelasan tentang pembeli siaga right issue 28,39 miliar saham senilai Rp7,52 triliun. Stand by buyers itu terdiri dari 17 perusahaan yang mayoritas bergerak di sektor perdagangan dan real estate.
Perusahaan tersebut, yakni PT Triversa Internasional, PT Karya Abadi Mulia Kencana, PT Benua Indah Persada, PT Cemerlang Kreasi Tama, PT Blessindo Prima Mandiri, PT Karya Sejati Indah Cemerlang, PT Kemilau Inti Semesta, dan PT Pesona Megah Jaya.
Selain itu, PT Karunia Jaya, PT Mutiara Persada Prima, PT Panca Pesona Katulistiwa, PT PRima Persada Mandiri, PT Nieltha Tama, PT Bintang Graha Selaras, PT Kencana Nusa Sejahtera, dan PT Mulia Mega Persada masuk dalam daftar stand by buyers RIMO.
"Tidak terdapat hubungan afiliasi antara pembeli siaga dengan perseroan maupun pemegang saham perseroan," tulis Direktur Utama RIMO Henry Purwantoro dalam keterangan resmi.
Dalam keterangan tersebut, Henry memastikan langkah RIMO mengakuisisi PT Hokindo Mediatama tidak akan mengubah bidang usaha perusahaan ritel ini. Padahal sebelumnya, dikabarkan bahwa RIMO akan menggeser bisnis roda bisnis ke sektor properti.
"Bisnis ritel akan dipertahankan dan akan mencari pengembangan yang tepat untuk bisnis tersebut. Sedangkan akuisisi HM adalah bentuk investasi yang dilakukan oleh perseroan," ujarnya.