Bisnis.com, JAKARTA— Nilai tukar rupiah diprediksi masih akan terjadi pada perdagangan Selasa (5/1/2016).
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta mengatakan pelemahan tersebut terjadi seiring naiknya permintaan dolar AS sebagai aset aman atau save haven di tengah gejolak pasar Tiongkok.
Adapun rilis inflasi Desember 2015 yang turun drastis gagal mencegah pelemahan rupiah yang terlalu dalam.
“Risiko eksternal meningkat, rupiah mendekati level Rp14.000. Tetapi, penurunan harga BBM serta elpiji hari ini berpeluang memberikan sedikit sentimen positif,” paparnya dalam riset yang dikutip Bisnis.
Lebih lanjut dia menjelaskan penguatan indeks dolar AS kali ini tidak hanya didukung oleh penurunan harga komoditas tetapi juga naiknya permintaan aset safe-haven menyusul anjloknya pasar saham Tiongkok pada perdagangan Senin kemarin.
“Harga emas dan harga US Treasury juga naik hingga penutupan dini hari tadi. Minyak masih turun menyusul buruknya Indeks Manufaktur beberapa negara seperti Tiongkok, India dan juga AS. Penguatan dollar diperkirakan masih bertahan minggu ini,” tambahnya.
Pagi ini, rupiah dibuka melemah 0,15% atau 21 poin ke level Rp13.964 per dolar AS.