Bisnis.com, JAKARTA-- Nilai tukar rupiah diprediksi masih rentang mengalami tekanan seiring dolar AS yang kembali menguat.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia mengatakan dolar AS yang sempat melemah setelah euforia penaikan suku bunga The Fed, kembali menguat seiring investor kembali fokus terhadap realita kondisi makroekonomi global.
Selain itu, penurunan kembali harga minyak mentah global juga memberikan kesempatan bagi Laju dolar AS untuk menguat.
Akibatnya menjadi sentimen negatif bagi laju mata uang lainnya seperti euro, pound sterling, dan dolar Selandia Baru termasuk terhadap laju rupiah yang kembali melemah.
"Akan tetapi, pelemahan yang terjadi cenderung tipis karena adanya penguatan di sejumlah mata uang lainnya terhadap seperti yen, yuan, rupee, won, dan tetapnya level BI rate," paparnya dalam riset yang dikutip Bisnis.
Pada Jumat (18/12/2015), kurs tengah rupiah di Bank Indonesia melemah 4 poin atau 0,03% ke level Rp14.032 per dolar AS. Adapun di pasar spot rupiah ditutup menguat 91 poin atau 0,65% ke level Rp13.918/US$ setelah melemah pada awal perdagangan.
Meskipun hanya melemah tipis, lanjutnya, pelaku pasar tetap perlu untuk menjaga dan mengawasi laju rupiah yang masih rentan akan potensi pelemahan lanjutan.
"Untuk itu, tetap cermati imbas kembali positifnya laju USD terhadap laju rupiah nantinya. Kami masih mengharapkan jika terjadi pelemahan maka hanya tipis sehingga laju rupiah tidak terperosok ke zona merah lebih dalam," tambahnya.
Adapun kurs tengah BI pada hari ini diprediksi bergerak antara level Rp14.048-Rp14.020.