Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan harga surat utang negara (SUN) pada Senin, (7/12/2015), diprediksi cenderung bervariasi sebagai respons atas data ekonomi AS yang dirilis akhir pekan kemarin.
Data sektor tenaga kerja AS yang terbit Jumat, (4/12/2015), menunjukkan sektor tenaga kerja AS pada November 2015 bertumbuh solid dengan penambahan tenaga kerja di luar sektor pertanian (nonfarm payrolls) sebanyak 211.000. Angka itu di atas estimasi 190.000. Adapun, angka pengangguran masih di level 5,0%.
I Made Adi Saputra, analis fixed income MNC Securities, mengatakan pelaku pasar merespon positif data tersebut. Data tenaga kerja yang cukup solid semakin mengurangi ketidakpastian dari rencana Bank Sentral AS untuk menaikkan tingkat suku bunga acuannya. Imbal hasil surat utang AS bertenor 10 tahun pada perdagangan akhir pekan lalu ditutup di level 2,27%, turun dari penutupan Kamis di posisi 2,32%.
“Kondisi tersebut kami perkirakan turut mempengaruhi pergerakan harga SUN pada perdagangan hari ini. Harga SUN akan beregrak bervariasi dalam merespon data tenaga kerja AS tersebut,” kata Made lewat riset yang terbit Senin, (7/12/2015).
Adanya kepastian bagi Bank Sentral AS untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan akan memberikan sinyal yang positif bagi pelaku pasar. Pertimbangannya, sepanjang tahun ini gejolak yang terjadi di pasar keuangan global turut dipengaruhi oleh ketidakpastian dari penaikan Fed Fund Rate.
Namun demikian, menurut Made, penaikan suku suku bunga acuan tersebut berpotensi menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang akan turut mempengaruhi pergerakan harga SUN Di pasar sekunder. Terlebih dengan angka cadangan devisa yang semakin menipis, Bank Indonesia akan membatasi diri untuk intervensi di pasar valas.
Hari ini, Bank Indonesia akan menyampaikan angka cadangan devisa Indonesia per akhir November 2015. Data tersebut akan menjadi perhatian dari pelaku pasar, mengingat cadangan devisa per akhir Oktober 2015 turun sebesar US$1,00 miliar dibandingkan dengan posisi pada akhir September 2015.
Secara teknikal, harga SUN masih berada di area konsolidasi. Dengan adanya koreksi harga yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, harga SUN mulai menjauhi area jenuh beli (overbought) sehingga akan mengurangi tekanan jual di pasar sekunder.
“Kami sarankan kepada investor untuk mencermati arah pergerakan harga SUN di pasar sekunder dengan menerapkan strategi trading jangka pendek di tengah kondisi pasar yang cenderung bergerak fluktuatif jelang Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral AS pertengahan pekan depan,” kata Made.
Dengan berakhirnya lelang penjualan SUN di pasar perdana hingga akhir 2015, dia menilai potensi penurunan harga di pasar sekunder bakal terbatas. Adanya koreksi harga akan dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk kembali mengakumulasi beli SUN untuk memenuhi kebutuhan penempatan dana pada 2015.
Bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang, Made menyarankan untuk membeli SUN secara bertahap dengan memanfaatkan koreksi yang terjadi di pasar agar mendulang imbal hasil yang cukup menarik.