Bisnis.com, JAKARTA--Meski berhasil meningkatkan perolehan pendapatan, PT Lippo Karawaci Tbk. mencatatkan penurunan laba hingga 93,7% secara tahunan pada periode September 2015 dibanding periode yang sama tahun lalu.
Pada September 2015, emiten dengan kode saham LPKR tersebut membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp66,4 miliar, jatuh signifikan dibandingkan tahun lalu Rp1,05 triliun. Sebaliknya, pendapatan perseroan meningkat 10,4% secara tahunan, dari Rp6,12 triliun menjadi Rp6,76 triliun.
Laporan keuangan yang baru dirilis menunjukkan terjadi peningkatan beban pokok pendapatan sebesar 12%, dari Rp3,15 triliun menjadi Rp3,53 triliun. Selain itu, LPKR juga mesti menanggung rugi selisih kurs hingga Rp785,74 miliar pada tahun ini, padahal pada tahun lalu tidak menanggung beban tersebut.
Lalu, perseroan juga mengalami kerugian dari penjabaran laporan keuangan dengan nilai mencapai Rp290,73 miliar, berbeda dengan kondisi tahun lalu yang untung Rp24,51 miliar.
Presiden Direktur LPKR Kentut Budi Wijaya mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di luar perkiraan, dan telah berdampak negatif terhadap laba bersih perseroan.
Kurs saat itu tercatat sebesar Rp14.657 per dolar, lebih tinggi dari tingkat lindung nilai obligasi perseroan pada level Rp13.200-Rp13.500 per dolar. Adapun total utang obligasi perseroan per 30 September tercatat US$803,3 juta.
"Prospek jangka pendek tetap penuh tantangan karena permintaan berkurang dan adanya faktor ketidakpastian di bidang makro ekonomi. Namun, kami percaya prospek jangka panjang pasar properti di Indonesia tetap sangat menarik," ujarnya dalam rilis, Senin (30/11/2015).
Menurutnya, laporan keuangan sepanjang tahun ini telah menunjukkan daya tahan perusahaan. Dia melanjutkan perseroan akan meningkatkan efisiensi biaya dan porsi pendapatan berkelanjutan, agar dapat lebih bertahan dalam siklus pasar properti.