Bisnis.com, JAKARTA— Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) kembali tertekan setelah rilis data inflasi yang memperkuat peluang kenaikan Fed Fund Rate pada Desember.
Data yang diterbitkan Bank Indonesia menempatkan Jisdor level di Rp13.763 per dolar AS pada Rabu (18/11/2015), terdepresiasi 52 poin atau 0,38% dari kurs kemarin.
Rupiah juga tertekan di pasar spot. Mata uang Garuda diperdagangkan melemah 0,20% atau 28 poin ke Rp13.774 per dolar AS pada pukul 10.04 WIB.
Rangga Cipta, ekonom dari Samuel Sekuritas, mengatakan pelemahan rupiah sejalan dengan penguatan dolar AS terhadap kurs Asia.
Dolar AS semakin kuat setelah inflasi AS naik dari 0% pada September menjadi 0,2% pada Oktober. Inflasi yang kembali melaju memberikan The Fed amunisi untuk memulai kenaikan suku bunga pada Desember.
“Sentimen harapan kenaikan Fed Fund Rate akan kembali dikonfirmasi dini hari nanti oleh rilis notula FOMC,” kata Rangga.
Di dalam negeri, Bank Indonesia kemarin mempertahankan BI Rate di level 7,5% dan menurunkan giro wajib minimum dari 8% menjadi 7,5%.
“Sepertinya dampakanya tidak akan sebesar pemangkasan BI Rate. Rupiah yang menguat tipis kemarin berpeluang tertekan oleh penguatan dolar global,” kata Rangga.
Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor/Rupiah)
18 November | Rp13.763 |
17 November | Rp13.711 |
16 November | Rp13.732 |
13 November | Rp13.633 |
12 November | Rp13.575 |
Sumber: Bank Indonesia