Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BURSA EFEK INDONESIA, Isu Konsolidasi AB Kembali Muncul

Demi memperkuat peran anggota bursa, Bursa Efek Indonesia dikabarkan mulai merencanakan kembali konsolidasi atau merger sejumlah anggota bursa yang saat ini memiliki modal kerja bersih disesuaikan rendah.nn
Bursa Efek Indonesia/JIBI-Endang Muchtar
Bursa Efek Indonesia/JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA— Demi memperkuat peran anggota bursa, Bursa Efek Indonesia dikabarkan mulai merencanakan kembali konsolidasi atau merger sejumlah anggota bursa yang saat ini memiliki modal kerja bersih disesuaikan rendah.

"Selain memutuskan rencana kerja dan anggaran tahunan (RKAT) 2016, dalam rapat tersebut juga dilaporkan sejumlah rencana untuk tahun depan. Salah satu yang dilaporkan adalah terkait merger sejumlah AB dengan modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) rendah," ujar sumber Bisnis.com yang ikut dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) Bursa Efek Indonesia pada 28 Oktober lalu.

“Itu bukan materi RUPS yang diputuskan, tapi ada laporan terkait hal itu, soal merger. Ada kemungkinan katanya dilihat dari MKBD, perinciannya belum diberi tahu, mungkin akan dinaikkan (MKBD),” kata sumber yang enggan disebutkan namanya belum lama ini.

Nantinya, rencana tersebut akan didiskusikan BEI dengan perwakilan AB melalui Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI). Dia menilai, bila rencana tersebut terealisasi, volume trading sekuritas yang ada akan semakin tinggi. “Membuat AB konsolidasi bagus sebenarnya, tapi juga harus dengan menambah jumlah emiten baru juga,” jelasnya.

Ketua Departemen Penelitian dan Pengembangan Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) Rudy Utomo saat ini sudah ada tim antara BEI dengan BEI untuk membicarakan hal ini. “Sebenarnya, masing-masing AB itu punya pasar masing-masing, negara lain juga ada yang banyak jumlah AB-nya, kalau bisa hidup tidak masalah, tergantung pemegang saham juga,” kata Rudy.

Berdasarkan data BEI, dengan jumlah broker sebanyak 115 dan emiten sebanyak 517, perbandingan nilai trading per broker hanya sekitar US$0,4 miliar (data Januari-Juli 2015). Itu lebih rendah dibandingkan dengan negara lain. Bila dibandingkan dengan sejumlah negara lainnya, jumlah broker di Indonesia cukup tinggi.

Stock Exchange of Thailand hanya memiliki 39 broker dengan jumlah emiten sebanyak 626. Begitu juga dengan bursa Malaysia yang hanya memiliki 30 broker, tetapi emitennya mencapai 905 emiten. Nilai perdagangan per brokernya mencapai US$2,5 miliar.

Shanghai Stock Exchange juga memiliki jumlah broker yang banyak, yakni mencapai 114 broker, tetapi itu diikuti oleh jumlah emiten yang mencapai 1.071 emiten. Dengan demikian, nilai perdagangan dibandingkan satu broker adalah sekitar US$133,2 miliar.

Adapun, salah satu negara yang nilai perdagangan sahamnya di bawah Indonesia adalah Philipine Stock Exchange dengan US$0,2 miliar (Januari-Juli 2015). Jumlah broker di sana mencapai 132 dengan jumlah emiten hanya 263.

Pada Juli lalu, Alpino Kianjaya, Direktur Pengawasan dan Perdagangan Anggota Bursa Efek Indonesia, mengatakan pihaknya tengah berdiskusi dengan perusahaan sekuritas untuk menyelesaikan persoalan ini. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah merger atau akuisisi perusahaan yang memiliki modal kecil.

Menurutnya, saat ini 50 broker menguasai 90% nilai perdagangan sedangkan sisanya hanya 10%.

Sebelumnya, Kepala Eksekutif bidang Pasar Modal OJK Nurhaida menegaskan belum ada pembahasan secara merinci terkait rencana kenaikan batasan perusahaan efek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper