Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan pekan depan berpotensi menguat didorong oleh sejumlah rilis laporan keuangan emiten, sepekan ini indeks melorot 1,47% atau 67,46 poin didorong oleh aksi profit taking investor asing.
Pada penutupan perdagangan pekan ini, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup menguat tipis setelah pada sesi I perdagangan ditutup melemah. Di akhir perdagangan, IHSG ditutup menguat 0,33% atau 14,69 poin ke level 4.521,88. Penguatan IHSG seiring dengan menguatnya mayoritas bursa saham regional Asia.
Adapun, rekapitulasi Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan investor asing kembali membukukan jual bersih atau net sell meskipun tipis Rp86,71 miliar. Kembali dibukukannya net sell oleh investor asing kian mempertebal jual bersih sejak awal tahun menjadi Rp11,13 triliun.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan melemahnya IHSG sepanjang sepekan didorong oleh aksi profit taking investor asing setelah dua pekan sebelumnya indeks reli cukup kencang. Menurutnya, hal yang wajar bila investor melakukan aksi profit taking di pekan ini.
Namun demikian, untuk pekan depan ada potensi untuk melakukan penguatan.Menurutnya, pekan depan investor akan lebih fokus pada rilis data yang keluar seperti cadangan devisa dan laporan keuangan emiten.
“Laporan keuangan akan jadi fokus pasar, diprediksi ada perbaikan, bisa dilihat dari peningkatan penjualan semen dan sepeda motor pada kuartal III, pergerakan indeks akan sejalan dengan itu,”kata Hans kepada Bisnis, Sabtu (17/10/2015).
Adapun, sepanjang sepekan ini, selain adanya aksi profit taking, rilis data global juga turut memberikan sentimen negatif. Mulai dari data-data yang dirilis Tiongkok, hingga Amerika Serikat.
“Nilai tukar sepekan ini juga melemah kan ya, apalagi ketika menjelang libur Rabu lalu, IHSG dan rupiah melemah. Ini tidak terlepas dari rilis data inflasi inti AS yang kalau dihitung year on year itu 1,9%. Artinya semakin dekat dengan dengan 2%,” kata Hans.
Adapun, angka 2% merupakan target inflasi the Fed untuk bisa menaikkan suku bunga acuannya. Menurutnya, data tersebut membuat dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya.“Ya jadi memang nilai tukar pekan ini juga sangat mempengaruhi kinerja IHSG,” tambahnya.
Data Bloomberg menunjukkan, kurs rupiah pada akhir pekan ditutup melemah 0,91% atau 122 poin ke level Rp13.540/US$. Depresiasi rupiah terdorong oleh melemahnya mayoritas mata uang regional Asia. Selama sepekan, kurs rupiah di pasar spot tercatat terdepresiasi 0,95% atau 128 poin ke level Rp13.540/US$ dari akhir pekan lalu Rp13.412/US$.