Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PASAR VALAS: Berburu Berkah Penguatan Rupiah

Penguatan rupiah sepanjang pekan ini sebesar 5,54% membuat beberapa money changer di sekitar Jakarta Pusat disesaki oleh penukar valuta asing.
Pergerakan rupiah. /Bisnis.com
Pergerakan rupiah. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Penguatan rupiah sepanjang pekan ini sebesar 5,54% membuat beberapa money changer di sekitar Jakarta Pusat disesaki oleh penukar valuta asing. Para penukar valuta asing pun bukan hanya melakukan aksi jual dolar AS.

Beberapa penukar lainnya menjadi penguatan rupiah itu sebagai kesempatan untuk beli dolar AS terutama untuk yang usahanya bertransaksi dan berhubungan dengan pihak di luar negeri. Ada beberapa yang menjadikan penguatan rupiah sebagai momentum mengirimkan uang ke kerabat di luar negeri.

Saat Bisnis berkunjung ke VIP Money Changer & Remittance di daerah Cikini, Jakarta Pusat pada Kamis (8/10/2015), money changer itu dipenuhi para penukar valas. Bahkan, kursi tunggu yang tersedia pun sudah penuh hingga banyak penukar valas yang berdiri atau selonjoran di lantai.

Salah satu petugas money changer di daerah Thamrin, Jakarta Pusat, yang juga membeli dolar AS di VIP itu menyebutkan bahwa keramaian di money changer Jakarta sudah terjadi sejak awal pekan ini.

“Pada Selasa (7/10), di sini [VIP] lebih ramai lagi antrenya. Kayaknya sih banyak yang jual dolar AS, tetapi kalau kayak saya begini yang kerja di  money changer juga menjadikan penguatan rupiah sebagai kesempatan beli dolar AS,” ujarnya.

Dia bercerita kalau di money changer tempatnya bekerja juga diramaikan penukar valas sejak rupiah menguat drastis awal pekan ini. Sebagian besar melakukan jual dolar AS dan beberapa ada yang ambil kesempatan untuk beli dolar AS.

“Kan daerah money changer saya di daerah kantoran, jadi cukup banyak yang transaksi. Beberapa juga kirim ke kerabatnya di luar negeri mumpung dolarnya lagi anjlok,” paparnya.

Pagi itu, sekitar pukul 10:00 WIB, antrean untuk transaksi jual dolar AS di bawah US$1.000 sudah mencapai nomor urut ke 853, sedangkan untuk transaksi jual dolar AS di atas US$1.000 sudah berada di nomor urut 100. Padahal  money changer yang terbilang cukup besar itu baru buka pada pukul 08:30 WIB. Di tengah keramaian itu, ada dua pria paruh baya bernama Matfulloh dan Azman yang bercerita bahwa penguatan rupiah saat ini datang di saat yang tepat.

Kedua pria yang mempunyai usaha travel itu sedang membutuhkan dolar AS untuk kebutuhan permintaan liburan dan umroh pada Januari—Februari tahun depan.

Wah sekarang mah kesempatan beli dolar AS, mumpung rupiahnya lagi kuat. Apalagi, saya yang kerjaannya bisnis travel. Waktu-waktu kayak sekarang ini bagus untuk simpan dolar AS. Alasannya untuk memenuhi permintaan liburan dan umroh. Lumayan rupiahnya lagi bagus,” ujar Matfulloh.

Matfulloh, yang kerap dipanggil dengan sebutan ‘Pak Haji’ ini, pun menceritakan keterkejutannya saat melihat penguatan rupiah sepanjang pekan ini.

“Penguatannya luar biasa, sampai ratusan poin, biasanya paling puluhan, makanya banyak yang berasumsi langsung jual dolar AS,” ujarnya.

Azman menambahkan bahwa penguatan kemarin diduga ada pengaruh dari paket kebijakan pemerintah yang terus dikeluarkan selama beberapa waktu ke belakang. “Iya, pemerintahnya lagi godok paket kebijakan ekonomi, pengaruhnya besar kayaknya ke rupiah,” ucapnya.

Di tengah obrolan, Lia, perempuan paruh baya yang juga sedang mengantre di money changer  itu, bertanya kepada Pak Haji terkait rencananya jual dolar AS tepat atau tidak. “Saya melihat penguatan rupiahnya bisa berlanjut jadi saya pikir lebih baik saat ini jual dolar AS. Bener enggak ya Pak?” tanyanya.

Pak Haji pun menyarankan kepada Lia yang saat itu memegang nomor urut antrean untuk transaksi jual dolar AS di atas US$1.000 agar menjual sebagian saja dengan alasan untuk jaga-jaga ke depannya. “Iya pak, tapi kalau saya enggak tukerin nanti saya makan pakai apa? Kan tukang sayur depan rumah dibayarnya pakai rupiah,” guyon Lia kepada Pak Haji.

Lukman Leong, analis PT Platon Niaga Berjangka, menga-takan intensitas aksi jual dan beli dolar AS makin tinggi ketika penguatan rupiah kemarin adalah hal yang wajar.

Pasar masih terus berspekulasi tentang penguatan rupiah. Apalagi dari segi fundamental, ekonomi Indonesia belum ada perubahan. “Dengan ketidakpastian kenaikan suku bunga saat ini. Peluang penguatan rupiah hanya terjadi bila ke depannya data ekonomi AS kembali negatif. Seperti yang terjadi pada akhir pekan lalu sampai pekan ini,” ujarnya kepada  Bisnis.

Dia melanjutkan paket kebijakan ekonomi Indonesia masih belum bisa mengerek nilai tukar rupiah lebih jauh. Pasar juga masih menanti kepastian keputusan the Fed apakah akan menaikkan suku bunga atau tidak.

“Untuk data jobless claim AS yang rilis pada akhir pekan ini juga tidak terlalu berpengaruh karena itu bukan salah satu data ekonomi AS yang penting,” ujarnya.
Sementara itu, pada penutupan perdagangan kemarin, nilai tukar rupiah terkoreksi 0,48% menjadi Rp13.887 per dolar AS dengan kurs tengah Bank Indonesia (BI) Rp13.809.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Surya Rianto
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper