Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AKSI KORPORASI: Mengukur Dampak Rights Issue Antam

Pada akhir Oktober 2015, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. berencana melakukan penawaran saham baru. Bagaimana dampak aksi korporasi tersebut terhadap kinerja perusahaan?
Fasilitas produksi PT Aneka Tambang. /Bisnis.com
Fasilitas produksi PT Aneka Tambang. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Pada akhir Oktober 2015, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. berencana melakukan penawaran saham baru. Bagaimana dampak aksi korporasi tersebut terhadap kinerja perusahaan?

Seperti diketahui, emiten berkode saham ANTM itu telah disetujui oleh pemerintah dan DPR untuk memperoleh penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp3,5 triliun dalam APBN Perubahan 2015.

Dengan disetujuinya PMN ter sebut, perseroan harus melakukan rights issue di Bursa Efek Indonesia dengan target dana Rp5,3 triliun. Dari jumlah tersebut, selain dari PMN, penambahan modal juga berasal dari investor publik senilai Rp1,8 triliun.

Berdasarkan prospektus, harga pelaksanaan rights issue itu sekitar Rp371-Rp535 per saham. Perusahaan bakal melepas 14,11 miliar lembar saham pada perdagangan hak memesan efek terlebih dulu (HMETD) pada akhir Oktober 2015.

Sekretaris Perusahaan Aneka Tam bang Tri Hartono mengatakan pihaknya berencana mendekati investor dari dalam dan luar negeri untuk menyerap saham tersebut. Menurut Tri, pihaknya akan menawarkan terlebih dulu saham tersebut kepada pemegang saham perseroan saat ini (existing shareholder).

Hasil dana yang dihimpun dari aksi korporasi itu sebagian besar atau sekitar 99,99% bakal digunakan untuk pengembangan proyek pabrik feronikel Halmahera Timur, Maluku Utara. Adapun sisanya sekitar 0,01% digunakan untuk modal kerja.

Proyek tersebut diperkirakan membutuhkan biaya sekitar US$350 juta-US$450 juta. Perusahaan memperkirakan dapat menyelesaikan pabrik tersebut pada 2018. Dalam penjelasannya kepada Bursa Efek Indonesia, Direktur Keuangan Aneka Tambang Johan Nababan mengatakan pabrik ter sebut bermanfaat untuk meningkatkan nilai tambah cadangan nikel yang dimiliki perusahaan serta meningkatkan kapasitas produksi.

Dengan demikian, sambung Johan, pabrik yang bakal memiliki kapasitas produksi 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi) —15.000 Tni diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

“Selain itu, pembangunan pabrik fe ronikel tersebut merupakan pemenuhan UU No.4/2009 tentang Minerba untuk meningkatkan industri hilir di Indonesia. Setelah terselesaikannya pembangunan pabrik feronikel Halmahera Timur tahap I, Antam akan masuk ke industri stainless steel dan industri lainnya,” paparnya beberapa waktu lalu.

KINERJA

Bagaimana kinerja perusahaan pada saat ini? Pada akhir tahun lalu, perusahaan membukukan kerugian Rp744 miliar setelah pada 2010-2013 selalu membukukan keuntungan. Kerugian itu disebabkan kebijakan pemerintah melarang ekspor bahan mineral mentah, penurunan harga komoditas nikel, dan meningkatnya volatilitas harga emas yang masih berlangsung sampai saat ini.

Pada paruh pertama tahun ini, perusahaan masih membukukan kerugian senilai Rp396 miliar, atau lebih rendah dibandingkan dengan Rp671 miliar pada semester I/2014. Pada awal tahun ini, penjualan mengalami peningkatan pesat.

ANTM membukukan penjualan emas senilai Rp5,65 triliun, atau meningkat sekitar 190% dibandingkan dengan nilai pen jualan pada periode sama 2014. Penjualan emas pada semester I/2015 mencapai 10.996 kilogram, atau meningkat 180% secara tahunan.

Pada saat ini, emas merupakan penyumbang terbesar dari penjualan bersih perseroan dengan porsi sebesar 72%. Penjualan bersih perseroan tercatat mencapai Rp7,89 triliun atau tumbuh 98% dibandingkan dengan realisasi pada periode sama 2014.

Selain emas, perseroan juga memproduksi dan menjual feronikel. Pada semester I/2015, perseroan memproduksi 9.443 TNi, atau meningkat 25% secara tahunan.

Selain didukung oleh kinerja pabrik feronikel yang optimal, kenaikan produksi feronikel pada semester I/2015 juga didukung oleh peningkatan jumlah dan kadar bijih nikel umpan pabrik dari tambang nikel di Pomalaa dan Pulau Pakal.

Seiring dengan peningkatan produksi, penjualan feronikel pada semester I/2015 ikut mengalami kenaikan sebesar 27% menjadi 11.307 TNi dibandingkan dengan penjualan pada periode sama 2014.

China, Eropa, dan Korea Selatan merupakan tiga kawasan terbesar tujuan penjualan feronikel Aneka Tambang pada paruh pertama tahun ini. Penjualan feronikel itu mencapai Rp1,97 triliun atau meningkat dibandingkan dengan penjualan pada periode sama 2014, yang didukung oleh peningkatan volume penjualan walaupun harga jual rata-rata pada periode tersebut turun 21%.

Arandi Nugraha, analis PT Bahana Securities, menyatakan Aneka Tambang sedang berupaya untuk memulihkan hasil usaha dengan fokus terhadap dua proyek yang memungkinkan perusahaan bertransformasi dari perusahaan tambang menjadi perusahaan manufaktur mineral.

“Manajemen perseroan sedang memprioritaskan konstruksi proyek feronikel Halmahera Timur dengan kapasitas produksi tahunan 40.000 Tni dan proyek Anode slime dengan kapasitas tahunan 2.000 ton,” ungkapnya dalam riset yang dirilis beberapa waktu lalu.

AKSI KORPORASI: Mengukur Dampak Rights Issue Antam

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yodie Hardiyan
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Edisi Selasa (6/10/2015)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper