Bisnis.com, JAKARTA— Meskipun pasar obligasi juga tengah bearish, penerbitan obligasi korporasi diyakini bisa menyentuh Rp60 triliun atau jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penerbitan tahun lalu.
Berdasarkan data PT Penilai Harga Efek Indonesia (Indonesia Bond Pricing Agency/IBPA), nilai penerbitan obligasi korporasi baru sejak Januari-September 2015 mencapai Rp51,99 triliun atau telah melebihi total penerbitan obligasi korporasi tahun lalu yang senilai Rp47,14 triliun. Pencapaian tersebut diperoleh dari sekitar 34 emisi penerbitan obligasi.
Adapun, pertumbuhan rata-rata tahunan (CAGR) penerbitan obligasi korporasi sejak 2010 hingga September 2015 adalah sekitar 20,1%.
Wahyu Trenggono, Direktur IBPA mengatakan potensi penerbitan obligasi korporasi tahun ini bisa menyentuh Rp60 triliun. Keyakinan tersebut juga didorong dengan adanya sekitar Rp11,39 triliun obligasi yang jatuh tempo di sisa tahun ini.
“Pertama adanya obligasi jatuh tempo tersebut. Kedua, seperti perbankan memang masih membutuhkan pendanaan, sementara untuk bisa mendapatkan dana, mereka juga sudah cukup terbatas, sehingga peluang menerbitkan obligasi koroporasi masih ada,” kata Wahyu dalam monthly bond market di Jakarta, Senin (5/10).
Presiden Direktur IBPA Ignatius Girendroheru mengatakan cost of fund penerbitan obligasi korporasi saat ini memang mahal akibat peningkatan imbal hasil obligasi korporasi yang terus naik, seiring dengan naiknya imbal hasil surat utang negara (SUN). Dia tidak menampik, akan ada sejumlah perusahaan yang bakal menunda penerbitan.
“Namun sepertinya masih ada peluang untuk bisa mencapai Rp60 triliun, masih optimistis, sesuai dengan target awal kami dahulu,” jelas Ignatius.
Bahkan, tambah Wahyu, penerbitan obligasi korporasi tahun depan dan tahun 2017 masih akan marak. Salah satunya didorong oleh jumlah obligasi yang jatuh tempo. Tahun depan, IBPA mencatat ada sekitar Rp48,34 triliun obligasi jatuh tempo.
Sedangkan pada 2017, obligasi jatuh tempo lebih tinggi lagi, yakni mencapai Rp58,72 triliun. Wahyu menilai, penerbitan obligasi korporasi dilakukan perusahaan untuk tiga hal, yakni refinancing, permodalan, dan ekspansi.
“Kalau kondisi ekonomi seperti ini terus, mau tidak mau mereka harus menerbitkan obligasi. Mereka kan butuh dana,” kata Wahyu.