Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

LELANG SUN: Investor Tak Agresif

Investor masih wait and see atau tidak agresif untuk masuk pasar surat utang negara. Terbukti, pada lelang kemarin penawaran investor hanya Rp8,25 triliun, terendah dalam enam bulan terakhir.
Investor masih wait and see atau tidak agresif untuk masuk pasar surat utang negara. Terbukti, pada lelang kemarin penawaran investor hanya Rp8,25 triliun, terendah dalam enam bulan terakhir./JIBI
Investor masih wait and see atau tidak agresif untuk masuk pasar surat utang negara. Terbukti, pada lelang kemarin penawaran investor hanya Rp8,25 triliun, terendah dalam enam bulan terakhir./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA — Investor masih wait and see atau tidak agresif untuk masuk pasar surat utang negara. Terbukti, pada lelang kemarin penawaran investor hanya Rp8,25 triliun, terendah dalam enam bulan terakhir. 

Adapun, pemerintah hanya menyerap Rp1,55 triliun. Imbal hasil di pasar sekunder pun naik. Berdasarkan data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Selasa (29/9), imbal hasil surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun naik ke 9,68% dari hari sebelumnya 9,55%. Sementara, SUN lima tahun naik hingga menembus 9,55% dari hari sebelumnya 9,40%.

Desmon Silitonga, analis senior PT Millenium Capital Management mengatakan imbal hasil surat utang negara (SUN) saat ini sudah terlalu tinggi dan tidak sesuai dengan ekspetasi. Dia menilai, langkah pemerintah yang hanya menyerap sekitar Rp1,55 triliun merupakan langkah yang tepat karena bila dipaksakan cost pemerintah akan sangat besar.

“Jadi memang lebih baik diminimalkan saja, lagipula target pemerintah kuartal III ini sudah terpenuhi. Timing investor untuk masuk sekarang juga memang kurang tepat, jadi rendah juga penawaran,” kata Desmon saat dihubungi Bisnis, Selasa (29/9/2015).

Menurutnya, hingga saat ini investor memang cenderung wait and see lantaran kondisi yang kurang menguntungkan. Salah satunya adalah terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Hari ini, pergerakan rupiah di pasar spot ditutup di level Rp14.691.

Lantaran sebagian besar investor didominasi oleh asing, maka ketika rupiah melemah asing juga ikut keluar untuk meminimalisir kerugian yang lebih dalam lagi. Dari global, ketidakpastian kenaikan suku bunga The Fed juga membuat investor cenderung wait and see. “Kondisi China dan ketidakpastian The Fed dalam menaikkan suku bunga juga dikhawatirkan.,” tambahnya.

Di tengah rendahnya nilai penawaran, penawaran tertinggi masuk di seri FR0053 yang jatuh tempo 15 Juli 2021, yakni Rp2,99 triliun. Namun demikian, di seri itu pemerintah tidak memenangkan penawaran di seri tersebut.

“Yang masuk memang cenderung jangka pendek, tapi tidak ada yang dimenangkan karena memang yield yang diminta investor sangat tinggi, jadi memang lebih baik pemerintah tidak ambil.”

Dalam lelang SUN hari ini, dari sekitar Rp8,25 triliun penawaran yang masuk, sebesar Rp1,08 triliun masuk untuk seri SPN12160708 yang jatuh tempo pada 8 Juli 2016. Kemudian, sekitar Rp2,99 triliun untuk seri FR0053 yang jatuh tempo pada 15 Juli 2021. Lalu, Rp2,67 triliun untuk seri FR0056 yang jatuh tempo 15 September 2026, dan Rp1,51 triliun untuk seri FR0073 yang jatuh tempo pada 15 Mei 2031.

Adapun dari jumlah penawaran tersebut, pemerintah hanya memenangkan seri SPN12160708 senilai Rp550 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 7,797%. Lalu, sebanyak Rp1 triliun untuk seri FR0073 dengan yield rata-rata tertimbang 9,80%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper